Menhan AS Leon Panetta (Reuters)
|
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menyebut rencana uji coba nuklir Korea Utara (Korut) sebagai langkah yang provokatif. AS pun berniat memperluas sanksi ekonominya terhadap Korut.
"Mereka (Korut) memiliki kapabilitas, sejujurnya, sulit untuk menentukan apa yang mereka sedang lakukan," ujar Menteri Pertahanan AS Leon Panetta, seperti dikutip Associated Press, Jumat (25/1/2013).
Selama ini, Panetta berpendapat, dirinya tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa Korut akan melakukan uji coba nuklir. Meski demikian, hal itu bukan berarti Korut tidak mempersiapkan diri.
Tepat pada Kamis kemarin, Komisi Pertahanan Nasional Korut mengumumkan rencana uji coba nuklir. Mereka menegaskan, senjata nuklir berupa misil jarak jauh sudah didesain sedemikian rupa dan diarahkan ke Negeri Paman Sam.
Pengumuman uji coba nuklir itu muncul dua hari setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) melontarkan kecaman atas peluncuran satelit Korut yang juga disertai dengan peluncuran roket jarak jauh. China pun ikut mendukung penguatan sanksi ke Korut.
Kementerian Perekonomian AS menjatuhkan sanksi ke perusahaan Hong Kong dan dua pejabat di Bank Korut. Mereka dilarang untuk bertransaksi dengan warga AS.
AS pun mencurigai Bank Komersial Tanchon menjadi tulang punggung finansial Korut. Bank itu diduga terlibat dalam segenap program pengadaan senjata negeri komunis itu.
Korut selalu mengklaim, negaranya berhak membangun senjata nuklir yang ditujukan untuk mempertahankan diri dari serangan AS dan Korea Selatan (Korsel). Negeri komunis Asia itu pun masih merasa terancam dengan 28 ribu pasukan AS yang berada di Korsel.
Beberapa tahun yang lalu, Korut sempat menggelar uji coba misil yang diklaim bisa menghantam AS. Namun para pengamat berpendapat, misil-misil Korut masih belum sanggup menjangkau AS.(AUL)