Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa.
|
VIVAnews – Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, pekan lalu tidak mencapai komunike bersama soal Laut China Selatan. Menyusul keputusan tersebut, pemerintah Indonesia akan mulai melobi beberapa negara anggota untuk menyatukan suara ASEAN.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa di Jakarta, Senin 16 Juli 2012. Natalegawa mengatakan, atas perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, besok dia akan bertolak ke Filipina, berikutnya ke Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Singapura. “Hal ini bentuk upaya intensif kami untuk menciptakan posisi bersama ASEAN soal Laut China Selatan,” kata Natalegawa.
Untuk pertama kalinya, pertemuan Menlu ASEAN pekan lalu tidak mencapai suara bulat. Disinyalir, Kamboja sebagai salah satu sekutu China menolak pernyataan bersama soal sengketa Laut China Selatan. Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa China telah bertindak agresif dalam berbagai konflik di perairan tersebut.
Wilayah Laut China Selatan yang diyakini kaya minyak dan gas diklaim oleh lima negara, yaitu China, Malaysia, Brunei, Vietnam, dan Filipina. Pernyataan keras soal klaim China pada pertemuan pekan lalu digagas oleh Filipina sebagai salah satu negara pengklaim.
Akibat tidak satu suara soal masalah ini, kata Natalegawa, berbagai permasalahan lainnya jadi terbengkalai. Dalam komunike yang akan disepakati sebenarnya tercantum berbagai kerja sama lainnya, seperti investasi, perdagangan, ekonomi dan pertahanan.
Tidak tercapainya komunike itu juga memantik isu yang mengatakan ASEAN telah pecah. Untuk itulah, Indonesia merasa berkewajiban untuk turun tangan. Natalegawa mengatakan, resiko apabila berdiam diri akan lebih besar. Dia pun berharap komunike bisa tercapai sebelum KTT ASEAN berikutnya.
“Kegagalan komunike berpotensi mengganggu. Ini tidak bisa dibiarkan berlangsung terlalu lama. Kami ingin buktikan bahwa tidak betul ASEAN pecah,” ujar Natalegawa.