Ban Ki-moon puji tenggang rasa Suu Kyi

Author : Administrator | Kamis, 03 Mei 2012 10:47 WIB
Pemimpin pro demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara di hadapan media usai melakukan pertemuan dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon di kediamannya di Yangon, Selasa (1/5). (FOTO REUTERS/Minzayar)

Yangon (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon,Selasa, memuji pemimpin pendukung demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, mundur dari boikot parlemen, yang mengancam memandekkan perubahan rapuh negara itu.

Setelah pembicaraan pertamanya dengan peraih Nobel Perdamaian itu, Ban memuji Suu Kyi sebagai "pemimpin sesungguhnya", yang menunjukkan "kelenturan" dengan melepas penolakan mengangkat sumpah parlemen, sehingga mengakhiri kebuntuan politik.

Dalam kemunduran langka, Suu Kyi pada Senin mengumumkan bahwa Liga Bangsa untuk Demokrasi (NLD) akan menduduki kursinya di parlemen -yang dikuasai tentara dan sekutu politiknya- serta bersumpah menjaga undang-undang dasar buatan tentara.

"Saya tahu bahwa itu pasti keputusan sangat sulit," kata Ban.

"Tapi, pemimpin sejati menunjukkan kelenturan untuk kepentngan lebih besar, rakyat. Itu yang dilakukannya kemarin dan saya betul-betul mengagumi serta menghormatinya keputusannya," katanya.

"Saya yakin ia akan memainkan peran sangat giat dan membangun sebagai anggota parlemen untuk perbaikan dan kesejahteraan negara besar ini," katanya.

Suu Kyi, yang merebut kursi parlemen pada pemilihan umum sela bersejarah 1 April, diperkirakan mengangkat sumpah pada Rabu, kata sumber NLD.

Saat muncul bersama Ban sesudah pembicaraan hampir satu jam mereka di vila tepi danau di Yangon, Suu Kyi menyatakan bersedia berkompromi demi perubahan.

"Kami selalu percaya pada kelenturan dalam politik. Itu satu-satunya cara kita dapat mencapai tujuan tanpa kekerasan," katanya.

Pemimpin badan dunia itu, yang pada Senin menjadi tamu asing pertama berpidato di parlemen Myanmar, juga memuji upaya perubahan Presiden Thein Sein dan berjanji mendukung pemerintah Myanmar melalui peralihan tak terelakkan ke demokrasi.

Ia menambahkan bahwa pertemuan dengan Thein Sein dan pemimpin NLD membuatnya yakin bahwa mereka akan terus maju.

Pembicaraan tatap muka pada Selasa itu adalah yang pertama antara Suu Kyi dengan Ban, yang putus asa setelah kunjungan sebelumnya pada 2009 ketika jenderal pemerintah negara tersebut selama puluhan tahun menolak mengizinkannya menemui pegiat kawakan itu di tahanan.

Pemimpin lawan itu melepaskan boikot parlemennya dan menyatakan partainya tak ingin menimbulkan "masalah atau ketegangan" politik, yanng mengakhiri keretakan pertama dengan pemerintah sejak pemilihan umum sela pada April.

"Pemilih memberikan suara untuk kami karena ingin melihat kami di parlemen," katanya.

Tokoh demokrasi itu menyatakan salah satu pengutamaannya adalah mendorong perubahan undang-undang dasar 2008, yang membuat seperempat dari kursi parlemen diberikan kepada pejabat tentara tanpa pemilihan.

Ban, yang juga mengundang Suu Kyi mengunjungi Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah yang terkini dari serangkaian tamu asing ke Myanmar di tengah pencairan hubungan negara dikuasai tentara itu dengan Barat.

Dalam pidato bersejarah di parlemen pada Senin setelah bertemu dengan Thein Sein, kepala badan dunia itu memberi penghormatan kepada Suu Kyi dan NLD atas kesertaan mereka dalam pemilihan umum tersebut.

Ia juga menyambut langkah masyarakat antarbangsa menghargai perubahan besar di negara itu sejak kekuasaan langsung tentara berakhir pada tahun lalu dan menyeru Barat melangkah lebih jauh dengan mengurangi atau mencabut hukuman.

Tapi, sesudah pertemuan mereka, Suu Kyi menyuarakan keberhati-hatian atas bantuan kepada Myanmar, mendesak dukungan antarbangsa hati-hati dalam memilih sasaran.

"Bila datang ke Birma, bantuan itu harus untuk memberdayakan rakyat dan mengurangi ketergantungan pada pemerintah," katanya dengan menyebut nama lama Myanmar.

Pada pekan lalu, Eropa Bersatu menanggapi yang dikatakannya perubahan bersejarah di Myanmar dengan menangguhkan setahun berbagai hukuman perdagangan, ekonomi dan pribadi, meskipun mempertahankan embargo senjata.

Kanada dan Australia baru-baru ini mengurangi hukuman dan Jepang membebaskan 3,7 miliar dolar Amerika Serikat utang Myanmar.

Tapi, Amerika Serikat pada pekan lalu mengesampingkan pengakhiran segera hukuman utamanya terhadap Myanmar, dengan mengatakan ingin mempertahankan pengaruh untuk mendorong pemerintah itu mengakhiri kekerasan suku, yang menodai citra perubahan pemerintah tersebut.

Pada Selasa malam, Amerika Serikat mengikuti Ban dalam menyambut keputusan NLD menduduki kursinya di parlemen.

Sumber: http://www.antaranews.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: