Dikudeta, Presiden Maladewa Berunjuk Rasa

Author : Administrator | Kamis, 09 Februari 2012 09:50 WIB
Mohamed Nasheed (REUTERS/TVM via Reuters TV)

VIVAnews - Mantan Presiden Maladewa, Mohamed Nasheed, mengaku dipaksa mundur Selasa kemarin, 7 Februari 2012, setelah ditodong senjata oleh pejabat polisi dan militer yang melancarkan kudeta. Menurut dia, kudeta itu pun sepengetahuan Wakil Presiden Mohammed Waheed Hassan Manik, yang kemudian menggantikan Nasheed sebagai presiden.

"Ya, saya dipaksa mundur di bawah todongan senjata," kata Nasheed kepada para wartawan, Rabu waktu setempat, seperti diberitakan kantor berita Reuters. "Ada banyak senjata di sekeliling saya saat itu. Mereka bilang tidak akan segan-segan menggunakannya bila saya tidak mundur dari jabatan presiden," kata Nasheed dalam jumpa pers di kantor Partai Demokrasi Maladewa (MDP) yang dia pimpin.

Menurut Nasheed, aksi kudeta itu juga diketahui oleh Wapres Hassan Manik. Belakangan, Hassan membantah klaim Nasheed itu. "Apakah saya seperti orang yang melancarkan kudeta? Tidak sama rencana sama sekali," bantah Hassan.

Tidak terima dikudeta, Nasheed bersama pendukungnya melancarkan demonstrasi di alun-alun ibukota Maladewa, Male, pada Rabu kemarin. Namun, menurut stasiun televisi BBC, mereka langsung dicegat oleh polisi anti huru hara. Puluhan demonstran, termasuk Nasheed, terluka akibat tembakan gas air mata dan pukulan tongkat dari polisi.

"Saya berada cukup dekat darinya saat polisi mulai menyerbu. Dia menderita luka gores dan memar setelah dipukul," kata seorang sepupu Nasheed, yang tidak mau diungkapkan namanya, kepada Reuters.

Adam Manik, kolega Nasheed di MDP mengungkapkan mantan presiden itu telah berada di tempat yang aman. Kepala Polisi Maladewa, Abdulla Fairooz, mengatakan bahwa aparat telah menangkap sekitar 40 orang setelah aksi unjuk rasa itu.

Krisis politik di Maladewa bermula saat Nasheed pada 16 Januari lalu memerintahkan militer untuk menangkap Ketua Majelis Hakim Pengadilan Kriminal setelah dianggap menghalang-halangi pengusutan kasus korupsi dan pelanggaran HAM oleh para sekutu mantan Presiden Mali, Maumoon Abdul Gayoom.

Nasheed sendiri tampil menjadi presiden setelah berhasil mengalahkan Gayoom lewat pemilu multi partai pertama di Mali pada 2008. Perintah penangkapan Nashed atas pejabat hakim itu lalu mengundang protes dari kubu oposisi dengan dukungan polisi, yang berujung pada kudeta atas Nasheed.

Sumber: http://dunia.vivanews.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: