Donald Trump Berkuasa, AS Jadi Ancaman Dunia

Author : Administrator | Jum'at, 18 Maret 2016 06:13 WIB
Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump berbicara dalam konferensi pers di Trump National Golf Clup Jupiter, di Jupiter, Florida, Selasa (8/3/2016).

 

WASHINGTON, KOMPAS.com - Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat merupakan salah satu dari 10 risiko tertinggi yang akan dihadapi dunia.
Demikian kajian the Economist Intelligence Unit (EIU).

Divisi riset dan analisa majalah The Economist itu memperingatkan, keberadaan Trump pada kursi presiden AS bisa berdampak pada situasi keamanan dan politik dunia.

Pada skala risiko 1 hingga 25, naiknya Trump sebagai presiden AS dikategorikan masuk level 12. Berdasarkan angka tersebut, Trump menduduki peringkat enam dalam 10 risiko tertinggi.

Persis di bawah Trump, juga dengan angka risiko 12, adalah peningkatan ancaman terorisme Islam radikal yang menggoyang stabilitas ekonomi dunia.

Bahkan potensi duduknya Trump di kursi nomor satu AS dinilai lebih berisiko dari hengkangnya Inggris dari Uni Eropa (peringkat delapan), bentrokan di Laut China Selatan akibat ekspansionisme China (peringkat sembilan), dan kenaikan harga minyak bumi akibat ambruknya investasi di sektor perminyakan (peringkat 10).

“Secara khusus dia menunjukkan sikap bermusuhan terhadap perdagangan bebas, terutama kawasan perdagangan bebas Amerika Utara (Nafta). Dia juga berulang kali menjuluki China sebagai ‘manipulator mata uang’,” sebut pernyataan EIU.

Trump juga telah menyerukan pembangunan “tembok besar” di sepanjang perbatasan AS-Meksiko, yang didanai Meksiko, demi membendung arus imigran tak berdokumen resmi dan penyalur narkotika ke wilayah AS.

Pernyataan keras Trump terhadap Meksiko dan China, lanjut EIU, “bisa berlanjut ke arah perang dagang.”

Dalam rangkaian kampanyenya, Trump menghendaki semua keluarga teroris dibunuh. Dia pun ingin menginvasi Suriah guna membasmi kelompok ISIS dan merebut minyak di sana.

“Tendensi militeristiknya terhadap Timur Tengah dan seruan pelarangan terhadap umat muslim ke AS akan menjadi alat perekrutan yang potensial bagi kelompok-kelompok jihadi sehingga meningkatkan ancaman baik di kawasan (Timur Tengah) dan lainnya,” papar EIU.

Bagaimanapun, EIU, memprediksi Trump tidak mampu mengalahkan Hillary Clinton yang dianggap sebagai “rivalnya dari Partai Demokrat”.

Pada daftar peringkat risiko tersebut, kejadian yang dinilai bakal menghadirkan risiko paling tinggi adalah krisis ekonomi di China. Insiden tersebut masuk kategori 20 dari skala 1-25.

Trump juga telah menyerukan pembangunan “tembok besar” di sepanjang perbatasan AS-Meksiko, yang didanai Meksiko, demi membendung arus imigran tak berdokumen resmi dan penyalur narkotika ke wilayah AS.

Pernyataan keras Trump terhadap Meksiko dan China, lanjut EIU, “bisa berlanjut ke arah perang dagang.”

Dalam rangkaian kampanyenya, Trump menghendaki semua keluarga teroris dibunuh. Dia pun ingin menginvasi Suriah guna membasmi kelompok ISIS dan merebut minyak di sana.

“Tendensi militeristiknya terhadap Timur Tengah dan seruan pelarangan terhadap umat muslim ke AS akan menjadi alat perekrutan yang potensial bagi kelompok-kelompok jihadi sehingga meningkatkan ancaman baik di kawasan (Timur Tengah) dan lainnya,” papar EIU.

Bagaimanapun, EIU, memprediksi Trump tidak mampu mengalahkan Hillary Clinton yang dianggap sebagai “rivalnya dari Partai Demokrat”.

Pada daftar peringkat risiko tersebut, kejadian yang dinilai bakal menghadirkan risiko paling tinggi adalah krisis ekonomi di China. Insiden tersebut masuk kategori 20 dari skala 1-25.

Inilah daftar peringkat risiko bagi dunia (skala 1-25)

  •     China mengalami krisis ekonomi. (20)
  •     Intervensi Rusia di Ukraina dan Suriah memulai terjadinya ‘perang dingin’ baru. (16)
  •     Volatilitas mata uang yang berpuncak pada krisis utang korporat (16)
  •     Terguncang akibat tekanan internal dan eksternal, Uni Eropa mulai retak. (15)
  •     Hengkangnya Yunani dari Uni Eropa disusul dengan terpecahnya zona euro. (15)
  •     Donald Trump memenangi pemilihan presiden AS. (12)
  •     Peningkatan ancaman terorisme yang menggoyang stabilitas ekonomi dunia. (12)
  •     Hengkangnya Inggris dari Uni Eropa. (8)
  •     Bentrokan di Laut China Selatan akibat ekspansionisme China. (8)
  •     Kenaikan harga minyak bumi akibat ambruknya investasi di sektor perminyakan. (4)

 


Sumber: http://internasional.kompas.com/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: