Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem (ka) berjabat tangan dengan Presiden AS, Dwight D. Eisenhower (ki) saat berkunjung ke Washington, Mei 1957. (Foto: Departemen Pertahanan AS/Wikipedia)
SEBUAH peristiwa bersejarah yang berpengaruh besar dalam Perang Vietnam terjadi pada 2 November 1963. Di hari itu, Pimpinan Republik Vietnam, Presiden Ngo Dinh Diem tewas dibunuh dalam kudeta yang diotaki jenderalnya sendiri.
Perang Vietnam kala itu membagi negara Indochina tersebut menjadi dua, yakni wilayah utara dan selatan.
Vietnam Utara yang dikenal juga dengan Republik Demokratik Vietnam atau Vietkong dipimpin oleh Ho Chi Minh. Sedangkan Vietnam Selatan atau Republik Vietnam berpusat di Saigon dipimpin oleh Presiden Ngo Dinh Diem dan keluarganya.
Vietkong yang berideologi komunis mendapat dukungan dari Uni Soviet, Tiongkok dan Korea Utara. Sebaliknya, Republik Vietnam yang berpaham liberalis, bersekutu dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina. Jumlah korban yang meninggal dalam perang saudara ini dilaporkan mencapai lebih dari satu juta jiwa.
Dilansir History, Rabu (2/11/2016), perang terpanjang yang diikuti AS itu baru mereda ketika Presiden Ngo Dinh Diem dan saudara laki-lakinya, Ngo Dinh Nhu dibunuh dalam kudeta yang dilakukan oleh para jenderal pembangkang dari kalangan tentara Vietnam Selatan sendiri.
Pemberontakan itu dikomandoi oleh Letnan Jenderal Ton That Dinh yang merupakan salah satu orang kepercayaan keluarga Ngo. Dengan beking CIA dan pemerintahan AS yang kala itu dikepalai John F Kennedy, Dinh mengkhianati Nhu dan bergabung dengan pemberontak untuk memerintahkan pasukan sekehendak hatinya.
Bak bumerang, pasukan Republik Vietnam (ARVN) yang dipikir Nhu dan Diem akan melindungi mereka, malah menjadi penyebab penangkapan dan kematian mereka. Pada 1 November sore, para pembangkang telah merebut instalasi militer utama dan menguasai sistem komunikasi di Saigon.
Mereka memastikan Pasukan Khusus Nhu menyerah, sekaligus menuntut pengunduran diri dua bersaudara itu. Dikhianati, Diem tidak mampu mengumpulkan dukungan apa pun. Upaya terakhir mereka adalah kabur melalui lorong bawah tanah untuk sebuah gereja Katolik di daerah Kota China.
Dari sana, Diem mulai melakukan negosiasi dengan para jenderal melalui telefon. Dia setuju untuk menyerah dan dijanjikan proses penangkapannya aman. Akan tetapi, tak lama setelah tengah malam ia dan saudaranya dibunuh secara brutal di belakang kereta pembawa personel lapis baja yang dikirim untuk menjemput mereka dan membawa mereka kembali ke istana.
Presiden Kennedy yang sedari awal mengetahui adanya upaya para jenderal untuk merencanakan kudeta, kala itu mengatakan, AS tidak akan mengganggu. Meski begitu, ketika kabar kematian Diem dan Nhu sampai ke telinganya, dia tetap saja terkejut karena kisah mereka berakhir pada pembunuhan sadis.
Kematian Diem dan Nhu disambut meriah oleh sebagian besar rakyat Vietnam Selatan yang selama ini menganggap Diem seorang diktator yang memerintah dengan tangan besi. Kakak beradik itu dinilai telah membuat Republik Vietnam semakin terkucilkan alih-alih berdamai dengan saudaranya di utara.
Diem yang seorang Katolik juga memiliki citra negatif kalangan umat Buddha. Banyak biksu dan rakyat di Saigon bersukacita pada saat berita kematiannya tersiar. Di luar negeri, Koran Soviet Izvestia menyatakan puas dengan akhir kisah Diem, dengan berita yang mengatakan, "... boneka Amerika baru telah datang ke tampuk kekuasaan."
Di sisi lain, kematian presiden pertama Vietnam Selatan itu membuat kondisi politik dalam negeri menjadi kacau, sehingga AS jadi semakin banyak terlibat dalam perang saudara di negara bekas jajahan China tersebut.
AS yang memiliki agenda untuk meredam penyebaran paham komunis menyangkal terlibat dalam upaya pemakzulan Diem. Tapi dukungan Washington dalam kudeta tersebut terungkap dalam rekaman pertemuan antara para pejabat tinggi pertahanan AS dan para jenderal Vietnam Selatan.
Alasannya dukungan AS itu sederhana saja: Diem dianggap sebagai penghambat upaya Negeri Paman Sam memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara.
Presiden Kennedy sendiri menjadi korban dalam upaya pembunuhan tiga pekan kemudian. JFK, panggilan untuk Kennedy, meninggal dunia setelah ditembak oleh Lee Harvey Oswald saat berpawai di Dallas, Texas.
(dka)