Ilustrasi (Thomas Lohnes/Getty Images)
Berlin - Kepolisian Jerman mencurigai empat imam masjid terlibat praktik spionase untuk pemerintah Turki. Penggerebekan pun dilakukan terhadap apartemen-apartemen yang ditinggali para imam masjid asal Turki itu.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (15/2/2017), keempat imam masjid asal Turki itu dicurigai melakukan spionase terhadap para pengikut ulama ternama Fethullah Gullen yang bermukim di Amerika Serikat (AS). Otoritas Turki selama ini meyakini Gullen mendalangi upaya kudeta pada Juli 2016 lalu.
Penggerebekan itu dilakukan di wilayah North Rhine-Westphalia dan Rhineland-Palatinate pada Rabu (15/2) waktu setempat.
Kantor Jaksa Federal (GBA) dalam pernyataannya menyebut keempat imam itu bertindak atas perintah yang dirilis 20 September 2016, oleh otoritas keagamaan Diyanet yang berbasis di Turki. Dalam perintah itu, disebutkan bahwa gerakan pendukung Gulen berada di balik percobaan kudeta tahun lalu.
GBA menyatakan, penggerebekan itu dimaksudkan untuk mencari lebih banyak bukti terkait kecurigaan praktik spionase. "Para tersangka dicurigai mengumpulkan informasi soal anggota pergerakan Gulen dan meneruskannya kepada konsulat jenderal di Cologne," sebut GBA.
Secara terpisah, Menteri Kehakiman Jerman Heiko Maas menyebut keempat imam masjid itu merupakan anggota Ditib, asosiasi masjid terbesar di Jerman. Ditib membawa para imam dari Turki untuk melayani jemaah di Jerman, yang kebanyakan berlatar belakang Turki.
"Sangat jelas bahwa pengaruh Turki pada Ditib sangat besar. Asosiasi harus sebisa mungkin melepaskan diri dari Ankara," ucapnya.
Bulan lalu, GBA meluncurkan penyelidikan atas operasi intelijen Turki di wilayah Jerman, setelah mendapat laporan dari anggota parlemen setempat. Selain Jerman, Austria juga tengah menyelidiki apakah Turki menjalankan jaringan intelijen yang menargetkan pengikut Gulen di wilayahnya.
Turki menuding Jerman sengaja melindungi militan Kurdi dari kelompok Kurdistan Workers Party (PKK) dan kelompok sayap kiri jauh DHKP-C, yang banyak mendalangi serangan di Turki. Otoritas Jerman menolak mentah-mentah tudingan Turki itu.
(nvc/ita)