Foto: Murad Sezer/Reuters |
Jakarta - Sekelompok orang bersenjata menembaki polisi di luar Istana Istanbul dan sebuah bom menewaskan 8 prajurit di bagian tenggara. Peristiwa yang terjadi pada Rabu (19/8) waktu setempat itu menjadi corak krisis ketika para pemimpin Turki tengah berjuang membentuk pemerintahan baru.
Kantor gubernur Istanbul menyebutkan 2 anggota dari 'kelompok teroris' mempersenjatai diri mereka dengan granat tangan dan senapan otomatis ditangkap setelah menyerang Istana Dolmabahce. Istana itu populer di kalangan turis dan merupakan kediaman bagi perdana menteri.
Satu orang petugas kepolisian mengalami luka dalam serangan itu. Demikian dilaporkan oleh kantor berita Anadolu seperti dilansir Reuters, Kamis (20/8/2015).
Aksi kekerasan di wilayah Turki bagian tenggara mengalami peningkatan sejak bulan lalu, ketika militan PKK melancarkan serangan terhadap militer Turki. Sebagai balasan, militer Turki melancarkan serangan udara terhadap kamp milik PKK yang ada di wilayah Irak bagian utara dalam operasi yang disebut perang terhadap teror.
Operasi militer Turki ini juga ditargetkan terhadap militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah. Namun sejauh ini, serangan udara yang dilakukan Turki masih fokus pada militan PKK. Hal ini memunculkan kecurigaan bahwa Turki hanya berambisi menyerang kalangan Kurdi, bukan memberantas ISIS.
Awal pekan ini, pesawat tempur Turki menyerang 17 target PKK di Provinsi Hakkari. Sedangkan bulan lalu, otoritas Turki menangkap sekitar 2 ribu orang dalam penggerebekan terkait ISIS dan militan Kurdi. Pada Jumat (14/8) ini, sedikitnya 34 orang ditangkap polisi Turki dalam operasi yang sama.
PKK atau Kurdistan Workers Party dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kelompok ini terus bertempur melawan pemerintah Turki selama tiga dekade terakhir hingga menewaskan 40 ribu orang. Perundingan tengah diupayakan antara kedua pihak.
(dhn/mnb)