Mahasiswa berkumpul di Chinese University, Hong Kong, 22 September 2014. Mereka berdemonstrasi menentang keputusan pemerintah Beijing yang meniadakan pemilihan langsung untuk penguasa wilayah Hongkong pada 2017. |
HONGKONG, KOMPAS.com — Demonstrasi yang terjadi di Hongkong kini semakin meluas. Bahkan, saat ini suasana demonstrasi sudah diwarnai dengan adanya pengumpulan konsentrasi massa dan gerakan demonstran bertajuk "Occupy Central".
Occupy Central adalah sebuah gerakan demonstran untuk menyuarakan aspirasi dari elemen pro-demokrasi yang menuntut pemilihan umum langsung pada 2016 dan 2017.
Menyadari situasi yang semakin tak terkontrol dan juga menyadari banyaknya warga negara Indonesia (WNI) di negara ini, KJRI Hongkong memberi beberapa imbauan kepada para WNI.
"Kami mengimbau kepada seluruh WNI di Hongkong untuk berhati-hati dan mengindari daerah pusat konsentrasi massa pendemo," kata pihak KJRI Hongkong, Senin (29/9/2014).
Pihak KJRI mengimbau WNI untuk menghindari daerah yang rawan pusat konsentrasi massa, terutama di Distrik Admiralty, Causeway Bay, dan Mongkok. Seperti diketahui, daerah-daerah tersebut merupakan salah satu kawasan yang rentan terjadi bentrokan antara polisi dan demonstran.
Bahkan, Minggu (28/9/2014) lalu, polisi tak segan menembakkan semprotan merica dan gas air mata ke arah demonstran saat mereka memblokade jalan di kawasan tersebut.
WNI yang tinggal dan berkarya di Hongkong diminta tetap menaati peraturan hukum yang berlaku. Para WNI juga diminta untuk tidak ikut-ikutan berpartisipasi ke dalam pergerakan massa yang menjadi isu domestik Hongkong SAR dan Pemerintah Tiongkok.
"KJRI Hongkong sebagai perwakilan Republik Indonesia yang berada untuk wilayah akreditasi Hongkong dan Makau tidak akan berpartisipasi ke dalam berbagai bentuk kegiatan terkait dengan perkembangan domestik Hongkong dan tetap akan menghormati seluruh aturan hukum yang berlaku di Hongkong SAR," ujarnya.