Korut Sudah Merombak Rezim Secara Diam-diam

Author : Administrator | Sabtu, 13 April 2013 11:17 WIB
Kim Jong-un bersama para jenderal Korea Utara (REUTERS/ KRT via Reuters TV)

Korut - Korea Utara tengah menjadi sorotan internasional lantaran belakangan ini gencar melontarkan pernyataan-pernyataan maupun manuver yang mengancam Amerika Serikat maupun para tetangganya, Korea Selatan dan Jepang.

Di tengah konfrontasi itu, Kim Jong-un sebagai pemimpin baru diam-diam sudah menerapkan sejumlah perubahan di tubuh rezimnya, demikian menurut pengamatan Andrei Lankov seperti dimuat di RBTH Asia.

Pada awal April telah terjadi pergeseran besar dalam kepemimpinan Korut. Beberapa personel yang diganti memang sudah diperkirakan sebelumnya, namun ada juga beberapa penunjukkan pejabat baru yang tergolong di luar kebiasaan, bahkan mengejutkan.

Pergeseran ini sudah terjadi sejak tahun lalu, setahap demi setahap para petinggi militer di sejumlah posisi penting sudah diganti oleh kalangan sipil yang menjadi pejabat partai yang berkuasa. Tampak luar, Korut masih menonjolkan "politik ala militer" (Songun) yang diwarisi mendiang Kim Jong-il. Namun, sejak dia wafat pada Desember 2011, dominasi militer mulai digerogoti sipil.

Dari empat jenderal yang berjalan di samping kereta jenazah Kim Jong-il, tiga sudah "menghilang" tanpa jejak. Satu jenderal lagi sudah dibebastugaskan dan diberi tugas sipil yang kurang strategis. Banyak pula petinggi militer Korut yang sudah pensiun.

Satu tanda lain dari perubahan dalam rezim di Korut adalah pergantian secara bertahap dari militer ke birokrat sipil. Salah satu contohnya adalah Ch'oe Ryong-hae.

Dikenal sebagai salah seorang petinggi partai yang berkuasa, Ch'oe dipromosikan menjadi Jenderal (Vice Marshall) dan kini bertanggungjawab atas indoktrinasi politik dalam tubuh militer. Dikenal sebagai Sekretaris Partai di Provinsi Hwanghae, Ch'oe sejak April lalu mendapat pangkat militer tertinggi dalam kepemimpinan partai - bahkan melampaui pangkat para perwira karir.

Kejutan terbesar adalah diangkatnya (lagi) Pak Pong Ju sebagai Perdana Menteri Korut. Dia pernah menduduki jabatan serupa di awal dekade 2000 dan dikenal sebagai birokrat yang mendukung reformasi dan diyakini sebagai salah seorang arsitek di balik reformasi ekonomi 2002, yang hingga kini dipandang sebagai upaya paling radikal dalam merestrukturisasi ekonomi Korut yang sekarat.

Selama periode 2005-2007, ada pertentangan atas kaum birokrat yang dipandang reformis. Pak pun jadi sorotan utama. Itu sebabnya, pada 2007, dia terdepak dari posisi Perdana Menteri dan dikirim ke pedesaan untuk mengelola sebuah pabrik kimia. Itu tergolong penyingkiran yang paling lunak di negara seotoriter Korut.

Namun, Kim Jong-un memanggil Pak untuk kembali ke Pyongyang. Sejak awal April dia mendapat kembali posisi yang terenggut selama enam tahun.

Tiru China

Memang masih jauh untuk menyebut Korut memulai reformasi politik. Namun, digesernya para jenderal dari posisi-posisi penting menunjukkan sudah terjadi perubahan yang cukup radikal di Korut - mengingat mereka rata-rata berpandangan sangat konservatif.

Setidaknya Korut tampak perlahan demi perlahan bersedia untuk meniru sekutu terdekatnya dan yang paling diandalkan, China, dalam menerapkan perubahan. Naiknya kembali tokoh yang dipandang reformis seperti Pak Pong Ju ke pemerintahan menjadi gambaran atas perubahan itu.

Mungkin masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa sudah terjadi "reformasi yang disesuaikan dengan karakter-karakter Korea Utara," seperti yang telah terjadi pada China. Namun, tanda-tanda ke arah sana mulai tampak.

Sumber: http://dunia.news.viva.co.id
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: