Pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines. Saat ini, maskapai Malaysia Airlines memiliki 15 pesawat jenis tersebut. |
BANGKOK, KOMPAS.COM - Di era smartphone dan media sosial saat ini, salah satu pertanyaan yang muncul terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 adalah mengapa tak ada penumpang yang mencoba untuk menghubungi keluarga mereka, sebagaimana sejumlah penumpang dalam serangan 9/11 dulu pernah lakukan.
Boleh jadi, tidak adanya panggilan telepon atau e-mail dari orang-orang di dalam pesawat Boeing 777 itu dapat memberi petunjuk bagi para penyelidik yang tengah berjuang untuk memecahkan salah satu misteri terbesar dalam penerbangan modern itu. Hal itu mungkin menunjukkan bahwa pesawat tersebut terbang terlalu tinggi atau berada di atas permukaan laut, atau bahwa para penumpang pingsan, mungkin karena perubahan tekanan di dalam kabin.
Sejumlah pakar mengatakan, peluang 239 orang di dalam pesawat itu bisa menggunakan perangkat ponsel mereka akan lebih baik jika mereka dekat dengan jaringan seluler di daratan.
Banyak yang skeptis bahwa para penumpang atau awak dapat melakukan panggilan telepon dengan menggunakan ponsel saat terbang dalam kecepatan, terutama di ketinggian jelajah. Agar ponsel bisa digunakan, harus ada kontak antara handset dan jaringan, yang dikenal dengan istilah "handshake". Hal itu membutuhkan sinyal yang cukup kuat dari menara transmisi dan perangkat telepon.
"Secara teoritis, ketinggian 23.000 kaki (7.000 meter) dan 45.000 kaki merupakan area jangkauan seluler sehingga jaringan seluler terestrial bisa berfungsi," kata Koh Chee Koon, konsultan telekomunikasi yang berbasis di Singapura. Koh merujuk pada laporan yang belum dikonfirmasi tentang perubahan ketinggian pesawat setelah hilang kontak dengan radar.
Namun mengingat daya transmisi yang terbatas dari sebuah ponsel komersial, serta penghalang berupa badan pesawat, butuh keberuntungan bagi ponsel untuk bisa sambung ke jaringan seluler dengan intensitas dan kualitas yang baik.
Sejumlah pakar mencatat bahwa dalam peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat, pesawat terbang di ketinggian yang relatif rendah di atas daerah yang terjangkau jaringan ponsel. Sebagian besar panggilan telepon itu diyakini dilakukan dari telepon di pesawat dan bukan perangkat mobile.
Baru-baru ini sejumlah maskapai penerbangan memperkenalkan teknologi yang memungkinkan penumpang menggunakan ponsel mereka di udara dengan menggunakan sebuah stasiun pemancar (base station) selular kecil di pesawat. Namun Malaysia Airlines mengatakan, layanan tersebut tidak tersedia di pesawat MH370 yang hilang itu.
Tanpa base station itu, ponsel tidak dapat digunakan di ketinggian lebih dari 0,5 kilometer di dalam pesawat komersial, dan tidak boleh terlalu jauh dari menara seluler, kata AK Dewdney, profesor emeritus ilmu komputer di University of Western Ontario di Kanada. "Tidak ada ponsel yang mungkin bisa berhasil digunakan dari sebuah pesawat di tengah laut, bahkan jika terbang rendah di atas permukaan air," katanya. "Pada ketinggian jelajah normal, tidak ada ponsel yang bisa berhasil membuat kontak dengan daratan karena sudah benar-benar di luar jangkauan jaringan menara," tambah Dewdney, yang melakukan serangkaian percobaan setelah serangan 9/11 untuk menguji kemampuan ponsel melakukan panggilan dari udara.
Catatan telepon diselidiki
CEO Malaysia Airline, Ahmad Jauhari Yahya, mengatakan hari Senin (17/3/2014) bahwa tidak ada bukti tentang adanya upaya orang di pesawat untuk melakukan panggilan telepon. Namun ia menambahkan, "jutaan catatan" dibutuhkan untuk diproses. "Ini sedang dilakukan sebagai bagian dari penyelidikan," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut jenis catatan yang diperiksa itu.
Media China sudah pernah melaporkan bahwa sejumlah keluarga penumpang mendengar nada dering ketika mereka coba mengontak ponsel anggota keluarga yang jadi penumpang pesawat itu. Namun sejumlah pakar yakin bahwa hal itu tidak berarti ponsel masih berfungsi.
Meski tidak ada orang di pesawat yang mencoba untuk melakukan panggilan telepon, catatan tentang "handshake" mungkin memberikan beberapa petunjuk tentang rute yang ditempuh pesawat itu setelah hilang dari radar lalulintas penerbangan sipil. Banyak ponsel telah dimatikan selama penerbangan, sesuai aturan maskapai penerbangan, tetapi beberapa orang mungkin lupa untuk menonaktifkan perangkat mereka.
Namun untuk melacak "handshake", para penyelidik menghadapi tantangan dalam mengumpulkan nomor identitas unik perangkatmobile para penumpang, serta data sinyal dari operator jaringan di negara-negara di sepanjang jalur penerbangan yang mungkin dilewati, seperti Myanmar yang masih memiliki keterbatasan jangkauan jaringan. Karena MH370 berbelok dan menyeberangi Malaysia setelah hilang dari radar dalam perjalanan ke Beijing, pesawat itu mungkin melewati sebuah area jaringan. Setelah itu, kemungkinan adanya "handshake" tergantung pada seberapa rendah dan dekat pesawat itu dengan menara seluler.
Ken Dulaney, analis perusahaan riset teknologi Gartner yang berbasis di AS, mengatakan, polisi melacak ponsel berdasarkan panggilan terakhir yang lakukan. Namun dia menambahkan, hal itu hanya mungkin jika perangkat itu berada dalam jangkauan jaringan. "Jika ponsel tidak dalam jangkauan jaringan maka tidak ada orang yang bisa melakukan apapun," katanya.