Suasana pasca-ledakan bom di Gereja Katedral Koptik di Kairo, Mesir, Minggu (11/12/2016). Sedikitnya, 25 orang tewas dan 49 lainnya luka-luka di peristiwa ini.
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Kementerian dalam negeri Mesir, Senin (13/12/2016), menuding seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang kabur ke Qatar terlibat dalam peledakan bom di sebuah gereja yang menewaskan 25 orang.
Kemendagri menambahkan, dari hasil investigasi pria itu melatih dan mendanai kelompok yang meledakkan Gereja Koptik Santo Petrus dan Paulus pada Minggu (12/12/2016).
Sebelumnya, pihak Ikhwanul Muslimin secara resmi telah membantah telah terlibat dalam aksi peledakan gereja itu.
Dalam pernyataan resminya, kemendagri Mesir menyebut Mahmoud Shafik Mohamed Mustafa (22), tersangka utama pelaku bom bunuh diri itu, pernah ditahan pada 2014.
Saat itu, Mahmoud ditangkap karena membawa senjata saat mengamankan iring-iringan Ikhwanul Muslimin. Pada Mei tahun yang sama Mahmoud dibebaskan.
Nama Mahmoud sebagai pelaku peledakan gereja bahkan disebut langsung oleh Presiden Abdel Fattah al-Sisi saat menghadiri pemakaman korban.
Mahmoud sendiri sebenarnya diincar polisi dalam dua kasus lain yang juga terkait dengan kelompok-kelompok fundamentalis.
"Tes DNA bagian tubuh tersangka di lokasi kejadian menunjukkan kecocokan dengan DNA keluarganya," lanjut kemendagri.
Dalam proses penyelidikan ini, aparat keamanan juga menemukan dua sabuk bom yang siap diledakkan dan materi lain untuk membuat bom.
Barang-barang itu ditemukan di tempat persembunyian Mahmoud dan kelompoknya.
Kemendagri Mesir juga menyebut empat nama lain yang terkait dengan tersangka peledakan.
Rami Mohamed Abdel Hameed Abdel Ghani diduga sebagai penyedia tempat aman untuk "sang pengantin", mempersiapkan dia, dan menyembunyikan bahan peledak.
Tiga orang lainnya adalah Mohamed Abdel Hamid Abdel Ghani, Mohsen Mostafa el-Sayed Qassem, dan Ola Hussei Mohamed Ali, seorang perempuan.
Sedangkan dalang aksi ini disebut berama Mohab Mostafa al-Sayed Qasim alias The Doctor. Dia pergi ke Qatar pada 2015 dan bertemu para petinggi Ikhanul Muslimin di negeri itu.