(REUTERS/Amr Abdallah Dalsh )
|
VIVAnews - Perbedaan bahasa sama sekali tidak menyulitkan jutaan orang dari berbagai latar belakang dan etnis yang berhaji di Mekkah, Arab Saudi, dalam berkomunikasi. Tanpa berkata-kata, hanya dengan isyarat tubuh, para jemaah haji dapat menghapuskan rintangan linguistik tersebut dengan mudah.
Dengan mengangguk, menggeleng, menyeringai dan isyarat tangan, jemaah yang berbeda bahasa dapat berbicara. Salah satu contohnya adalah seperti yang diberitakan Al-Arabiya, Senin.
Saat itu seorang wanita dari Afrika menyeringai dan melambaikan tangan kepada seorang jemaah asal Turki untuk memberitahu bahwa rakaat solatnya belum lengkap.
Dibalas dengan senyuman, wanita Turki ini mengangguk dan menambah rakaatnya. Setelah itu, mereka berjabat tangan dan berbalas senyum. Semua ini dilakukan tanpa sepatah katapun, hanya isyarat tubuh.
"Kami menyebut komunikasi jenis ini sebagai 'Bahasa Masjidil Haram'," kata Ali Abdullah, penjaga toko asal Sudan di Mekkah.
Sebagai pedagang di tanah suci, Abdullah mengaku telah bertemu berbagai macam orang. Untuk orang Afrika, dia mengaku tidak ada masalah, namun jika bertemu orang Asia maka bahasa isyarat menjadi andalannya. "Orang Nigeria dan negara Afrika lainnya biasanya bisa bahasa Inggris, tapi orang Asia punya bahasa mereka sendiri yang saya tidak paham," kata Abdullah.
Jika bahasa isyarat juga tidak mampu menjembatani komunikasi pedagang dan pembeli, kata Abdullah, maka cara satu-satunya adalah dengan gambar. Ali sering memberikan pelanggannya pulpen dan kertas untuk menggambarkan apa yang mereka cari.
Berbeda dengan Abdullah, Majed al-Qulaisi, pedagang asal Saudi malah lebih memilih berhadapan dengan orang Asia ketimbang Afrika. Bahasa Afrika menurutnya sangat sulit. Qulaisi mengaku telah belajar tiga bahasa selama tiga tahun, yaitu Turki, Malaysia dan Rusia.
"Kadang mereka (orang Afrika) tidak mengerti apa yang saya katakan. Saya pernah mengatakan sesuatu yang dianggap menghina, mereka marah-marah dan keluar dari toko saya," kata Qulaisi.
Selain Qulaisi, tidak sedikit juga pedagang yang kerja keras untuk belajar bahasa asing. Salah satunya adalah Rasheed Ali, pedagang dari Myanmar. "Saya bisa 10 bahasa yang saya pelajari di sini selama 17 tahun," kata Rasheed. (eh)