Sejumlah pemimpin dunia ikut aksi menolak terorisme di Paris, Minggu (11/1/2015). Adapun pemimpin yang terlihat dalam foto ini di antaranya adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Perancis Francois Hollande, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Palestina Mahmud Abbas, dan Raja Jordania Abdullah II. |
JERUSALEM, KOMPAS.com — Jenazah empat orang Yahudi-Perancis yang tewas dalam serangan teroris di sebuah supermarket khusus makanan halal (kosher) di Paris telah tiba di Israel pada Selasa (13/1/2015) pagi menjelang pemakamannya di Yerusalem.
Empat orang itu termasuk di antara 17 orang yang ditembak mati di Paris dalam pertumpahan darah selama tiga hari yang telah mengguncang Perancis dan mengejutkan masyarakat Yahudi negara itu, yang merupakan komunitas Yahudi terbesar ketiga di dunia. Yoav Hattab, Philippe Braham, Yohan Cohen, dan Francois-Michel Saada sedang berbelanja di supermarket di Paris timur pada Jumat lalu tak lama sebelum dimulainya hari Sabat Yahudi saat pria bersenjata bernama Amedy Coulibaly menyerbu masuk.
Keempat orang itu ditembak mati dan 15 orang lain disandera Coulibaly sebelum polisi akhirnya menerjang tempat itu dan menewaskan Coulibaly. Pria itu punya hubungan dengan dua teroris lain yang membantai 12 orang di kantor mingguan satire Charlie Hebdo dua hari sebelumnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Minggu, mengatakan bahwa dirinya telah menyetujui permintaan keluarga agar para korban dikuburkan di Yerusalem. Mereka akan dimakamkan secara bersama-sama di pemakaman Givat Shaul di pinggiran barat kota itu pada sekitar pukul 17.00 WIB hari ini.
Netanyahu, Presiden Israel Reuven Rivlin, dan pemimpin oposisi Isaac Herzog, bersama para menteri Israel dan sejumlah pejabat lainnya akan hadir pada upacara pemakaman itu. Anggota komunitas berbahasa Perancis Israel juga dijadwalkan akan hadir. Masyarakat umum diperkirakan akan muncul dalam jumlah besar. Polisi mengatakan, sejumlah bus gratis akan disediakan.
Empat jenazah itu telah dikeluarkan dari lembaga forensik di Paris pada Senin dan diterbangkan ke Israel, di mana mereka dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Ben Gurion di dekat Tel Aviv tak lama setelah pukul 04.00 waktu setempat atau pukul 09.00 WIB. Maskapai penerbangan Israel, El Al, mengatakan, keluarga korban juga terbang dengan penerbangan itu.
Bagi banyak orang, serangan di supermarket tersebut membawa kembali kenangan pada penembakan mematikan di kota Toulouse di Perancis selatan pada Maret 2012. Saat itu, seorang pria bersenjata bernama Mohamed Merah menembak mati tiga anak dan seorang guru di sebuah sekolah Yahudi. Keempat korban dalam tragedi itu juga diterbangkan ke Israel. Mereka dikuburkan di pemakaman yang sama dengan para korban penembakan di Paris itu.
Kekerasan mematikan yang paling baru itu semakin membuat cemas komunitas Yahudi di Perancis, yang berjumlah 500.000 sampai 600.000 orang. Hal itu muncul setelah serangkaian peristiwa yang telah menciptakan rasa tidak aman yang dimulai dengan kematian seorang pria Yahudi berusia 23 tahun pada 2006 setelah ia diculik dan disiksa di perumahan Paris selatan.
Namun, penembakan di Toulouse telah memicu gelombang imigrasi warga Yahudi-Perancis ke Israel tidak terhentikan. Tahun lalu, angkanya mencapai rekor tinggi, yaitu 6.600 orang. Banyak orang percaya bahwa pembantaian Paris akan mempercepat tren itu.
Israel dengan cepat memanfaatkan momen tersebut. Netanyahu mengimbau orang-orang Yahudi Perancis untuk pindah ke Israel. Dia mengatakan, Israel adalah "rumah" mereka. "Kepada semua orang Yahudi-Perancis, semua orang Yahudi-Eropa, saya ingin mengatakan bahwa Israel bukan hanya tempat ke mana Anda berdoa, negara Israel adalah rumah Anda," katanya dalam sambutannya yang tidak diterima baik di Paris.
Paris telah mengambil langkah untuk menghentikan hal itu dengan berupaya meyakinkan masyarakat. Paris berjanji akan mengerahkan hampir 5.000 polisi dan pasukan keamanan untuk melindungi 700 sekolah Yahudi di seluruh negeri dan untuk meningkatkan keamanan di lembaga-lembaga Yahudi lainnya.
"Perancis tanpa orang-orang Yahudi bukanlah Perancis," kata Perdana Menteri Manuel Valls, yang berdiri di luar lokasi serangan pada hari Jumat. Dia mengakui, "Orang-orang Yahudi-Perancis, selama beberapa tahun telah ketakutan. Hari ini, kita semua adalah Charlie, semua petugas polisi, semua orang Yahudi-Perancis," katanya dengan menggunakan slogan solidaritas untuk semua mereka yang tewas dalam serangan pada pekan lalu itu