(REUTERS/Rick Wilking)
|
VIVAnews - Untuk kali pertama menjelang Pemilu Presiden AS November mendatang, Barack Obama dan Mitt Romney saling tatap muka dan berdebat secara langsung. Mereka gencar membela argumen masing-masing sekaligus saling kritik soal bagaimana menyelamatkan Amerika dari krisis ekonomi.
Menurut kantor berita Reuters, debat putaran pertama ini berlangsung di Universitas Denver, Colorado, Rabu malam waktu setempat (Kamis pagi WIB) dengan dipandu jurnalis senior dari stasiun televisi PBS, Jim Lehrer. Debat putaran pertama ini mengenai kebijakan dalam negeri, di mana isu ekonomi mendapat perhatian utama dari masing-masing kandidat.
Dalam debat selama 90 menit itu, Romney berinisiatif menekan Obama terlebih dahulu. Dia menyorot bahwa selama empat tahun terakhir di bawah kepresidenan Obama, ekonomi AS masih lemah dan tingkat pengangguran masih tetap tinggi, yaitu 8,1 persen. Romney pun menilai pemerintah saat ini terlalu banyak campur tangan melalui berbagai regulasi.
"Saya khawatir bahwa kita berada di jalan yang ternyata tidak sukses. Presiden [Obama] masih menawarkan pandangan yang sama dengan yang dia kemukakan saat mencalonkan diri empat tahun lalu, yaitu keluarkan anggaran terus, tarik pajak terus, regulasi terus. Ini bukan jawaban yang tepat untuk Amerika," kata Romney.
Calon dari Partai Republik itu juga menilai bahwa jangan sampai generasi saat ini terus mengeluarkan anggaran yang lebih besar dari yang diterima Amerika karena ini akan menjadi beban besar bagi generasi berikutnya. "Mereka akan membayar bunga dan utang pokoknya sepanjang hidup," kata Romney.
Selain mengritik Obama, Romney juga menawarkan proposal pengurangan pajak pendapatan sebesar 20 persen bagi semua rakyat.
Balasan Obama
Sadar dihajar bertubi-tubi oleh Romney soal ekonomi, Obama pun balas menyerang. Calon dari Partai Demokrat itu mengritik proposal pemotongan pajak yang diajukan Romney, padahal segelintir kaum kaya selama ini sudah diuntungkan dengan rendahnya pajak yang dikenakan pemerintah, sementara sebagian besar pembayar pajak yang taat adalah kaum pekerja dan kelas menengah. Proposal Romney itu malah kian membebani kelas menengah.
Bagi Obama, proposal pemotongan pajak yang ditawarkan Romney demi merangsang banyak lapangan kerja bagi rakyat Amerika itu sama dengan yang disodorkan mantan Presiden George W. Bush ke Kongres pada 2001 dan 2003. "Kita sejak itu malah bergerak dari surplus ke defisit dan itu semua mengarah kepada resesi terburuk sejak era Depresi Besar [dekade 1930-an]," kata Obama.
Dia juga menilai bahwa proposal Romney soal potongan pajak itu, secara matematis, akal sehat, dan sejarah, bukanlah resep bagi pertumbuhan lapangan kerja.
Selain masalah ekonomi, kedua kandidat juga mengemukakan pandangan soal pendidikan, tata pemerintahan, dan isu-isu domestik lain. (eh)