Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos mengatakan dia akan menyumbangkan uang dari hadiah Nobel Perdamaian untuk membantu korban konflik di negaranya.
Dia dianugerahi hadiah Nobel perdamaian atak keteguhannya dalam mengupayakan perdamaian dengan kelompok pemberontak FARC (Revolutionary Armed Forces of Colombia) pada bulan lalu.
Perdamaian ini kemudian ditolak mayoritas warga Kolombia berdasarkan hasil referendum, awal Oktober lalu.
Dalam konflik selama 52 tahun, 260.000 orang telah tewas dan lebih dari enam juta orang harus mengungsi dari rumahnya.
Rakyat Kolombia menentang perjanjian damai dengan Farc
"Tadi malam, saya telah bertemu keluarga saya dan kami memutuskan untuk menyumbangkan delapan juta Krona Swedia ($ 925.000) untuk para korban," kata Santos.
Kelompok pemberontak FARC. Dalam konflik selama 52 tahun, 260.000 orang telah tewas dan lebih dari enam juta orang harus mengungsi dari rumahnya.
Santo mengumumkan hal itu di kota Bojaya, setelah menghadiri upacara keagamaan bagi orang-orang yang terdampak konflik tersebut.
Presiden Santos telah menandatangani kesepakatan damai dengan Timoleon Jimenez, pemimpin kelompok pemberontak FARC, namun rakyat Kolombia menolaknya lewat referendum, Minggu 2 Oktober.
Sekitar 50,24% suara dalam referendum menentang perjanjian tersebut. Para pengkirik kesepakatan damai berpendapat terlalu banyak konsesi yang diberikan kepada pihak pemberontak.
Tetapi Komite Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, berpendapat Presiden Santos tetap berjasa dalam mengupayakan perdamaian.
Timoleon Jimenez, pemimpin kelompok pemberontak FARC, mengucapkan selamat kepada Presiden Santos atas hadiah Nobel perdamaian yang diterimanya.
"Penghargaan seharusnya dilihat sebagai penghormatan kepada rakyat Kolombia," kata Kaci Kullmann Five, Ketua Komite Nobel Perdamaian, saat mengumumkannya, Jumat 7 Oktober.
Adapun Presiden Santos telah berjanji akan menghidupkan kembali kesepakatan yang sudah ditolak oleh referendum.
Juru perunding pemerintah Kolombia sudah kembali ke Ibu kota Kuba, Havana, untuk melakukan diskusi lebih lanjut dengan para pemimpin kelompok pemberontak, FARC.
Di Twitter, pemimpin FARC Timochenko mengatakan: "Saya mengucapkan selamat kepada Presiden Juan Manuel Santos, Kuba dan Norwegia, yang mensponsori proses perdamaian, serta pemerintah Venezuela dan Cile, yang ikut membantu. Tanpa mereka, perdamaian tidak akan mungkin terjadi."