Rusia-China Gandakan Kerja Sama Dagang

Author : Administrator | Rabu, 06 Juni 2012 12:35 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (ka) dan Presiden China Hu Jintao (ki) (REUTERS/Mark Ralston/Pool)

VIVAnews - Presiden China Hu Jintao dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Beijing, Selasa 5 Juni 2012, untuk membicarakan peningkatan hubungan bilateral. Dalam pembicaraan tersebut disepakati komitmen untuk menggandakan nilai perdagangan kedua negara.

Diberitakan CNN, kedua presiden dalam pernyataannya usai pertemuan mengatakan telah menetapkan target peningkatan nilai perdagangan hingga lebih dari dua kali lipat, dari US$83,5 miliar tahun lalu menjadi US$200 miliar pada 2020.

Hu menegaskan bahwa kerja sama erat kedua negara akan menetapkan tatanan politik global dan ekonomi ke arah yang lebih adil dan rasional. Kedua negara juga disinyalir menggunakan hubungan yang erat ini untuk menandingi pengaruh Amerika Serikat di kawasan.

Untuk meningkatkan nilai dagang, China dan Rusia kemarin telah menyepakati puluhan perjanjian. Salah satunya adalah usaha patungan pengembangan pesawat jet sipil jarak jauh dan meluncurkan dana gabungan investasi di Rusia, atau yang disebut dengan Russia-China Investment Fund.

Dalam dua bulan pertama, dana investasi gabungan ini akan digunakan untuk penanaman modal di usaha penebangan kayu, pertanian, dan logistik. Selanjutnya, kedua negara akan meningkatkan pengembangan pelabuhan dan infrastruktur.

Kendati banyak kerja sama yang ditelurkan, namun di bidang gas China-Rusia masih harus mandek. Hal ini disebabkan belum adanya kesepakatan harga di antaranya kedua negara. Namun demikian, Putin berharap Rusia dapat mengekspor gas dalam jumlah besar ke China.

Satu Suara Soal Suriah
Selain membicarakan kerja sama ekonomi, kedua kepala negara juga membahas masa depan Suriah. Baik China dan Rusia sepakat untuk mendesak komunitas internasional menyepakati rencana perdamaian yang digadang utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan.

"Untuk masalah Suriah, dua kepala negara mengatakan bahwa komunitas internasional harus melanjutkan dukungan terhadap upaya mediasi Kofi Annan dan misi pengawas PBB, dalam mendorong solusi politis permasalahan Suriah," ujar pernyataan media China, dilansir Reuters.

Rencana Annan ini mendapatkan penentangan dari negara-negara Arab dan Barat yang menginginkan langkah tegas dan keras pada rezim Bashar al-Assad. Selama ini, rencana Annan, termasuk gencatan senjata selalu dilanggar dan dimentahkan oleh tentara Assad.

Rusia dan China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan selama ini dikenal sebagai sekutu Suriah di PBB. Berbagai resolusi diveto oleh dua negara ini. Kekerasan di Suriah telah berlangsung sejak tahun lalu. Diperkirakan, lebih dari 9.000 orang telah tewas. (art)

Sumber: http://dunia.vivanews.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: