Mendiang Yasser Arafat (antaranews) |
VIVAnews - Sejumlah ilmuwan dari tiga negara menggali dan mengambil sampel dari sisa-sisa tubuh pemimpin Palestina, Yasser Arafat di kota Ramallah, Palestina, Selasa tengah malam, 27 November 2012 waktu setempat. Sampel ini kemudian dibawa keluar Palestina untuk diuji ada atau tidaknya kandungan radioaktif.
Pembongkaran makam Arafat dilakukan setelah Pengadilan Perancis memerintahkan kasus kematian Arafat kembali dibuka, Agustus 2012. Temuan zat radioaktif polonium dengan kadar tinggi di pakaian mendiang Arafat menjadi salah satu pertimbangan penting.
Janda Arafat, Suha mengatakan, tim juga mengumpulkan tanah di sekitar jasad. Semua proses pengumpulan sampel ini memakan waktu sampai 10 jam.
Rencana pemakaman ala militer akan digelar untuk memakamkan kembali jasad Arafat. Tapi, rencana itu dibatalkan. Arafat kemudian dimakamkan tanpa upacara apapun, Selasa pagi.
Dalam jumpa pers di Ramallah, Ketua Komite Penyelidikan Kematian Arafat, Tawfiq al-Tirawi, mengatakan penggalian berjalan sesuai rencana. "Hanya tangan orang-orang Palestina yang menyentuh sisa-sisa (jasad Arafat)," katanya.
Abdullah Bashir, salah satu dokter Arafat asal Yordania, mengatakan para ilmuwan Palestina mengumpulkan sekitar 20 sampel dari jasad Arafat dan diberikan kepada tim internasional. "Kami meminta mereka untuk menguji untuk semua racun, tidak hanya polonium," katanya.
Tim Perancis mencakup tiga ilmuwan - toksikologi, ahli patologi, dan ahli obat-obat legal. Tim Swiss--dari Institut de Radiophysique di Lausanne--melakukan analisis forensik dalam penyelidikan awal. Selain itu, Otoritas Palestina juga meminta para ahli dari Rusia untuk melakukan analisis independen mereka sendiri.
Seorang sumber mengatakan kepada Aljazeera, salah satu ahli Rusia itu berasal dari organisasi yang biasa berhubungan dengan peradilan medis. "Sisanya, spesialis radiasi," kata dia.
Arafat memimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) selama 35 tahun dan menjadi presiden pertama Pemerintahan Palestina pada 1996. Dia jatuh sakit pada 2004 lalu. Yasser Arafat meninggal pada 11 November 2004 di Paris pada usia 75 tahun.
Beredar dugaan bahwa Arafat tewas diracun atas perintah Israel. Untuk diketahui, polonium merupakan zat radioaktif yang dibuat dalam reaktor nuklir. Polonium dengan dosis kurang dari satu gram saja dapat menyebabkan kematian.
Polonium mulai dikenal luas pertama kali ketika seorang mantan mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko, meninggal di salah satu rumah sakit di London, Inggris. Sebelum meninggal, ia ternyata menelan polonium dalam sajian makan siangnya.
Para peneliti di Swiss pun membandingkan jumlah polonium yang terdapat di tubuh Yasser Arafat dengan yang ada di tubuh Litvinenko. Akhirnya diketahui, jumlah polonium yang ditemukan di tubuh Arafat mendekati jumlah polonium yang ada di tubuh Litvinenko.