Mike Pence (REUTERS/Jonathan Ernst)
Virginia - Calon wakil presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Mike Pence, memiliki pandangan berbeda dengan capresnya, Donald Trump, soal Presiden Rusia Vladimir Putin. Pence lebih keras dan menyebut Putin sebagai pemimpin kecil dan penggertak.
Pence mengecam keterlibatan Putin dalam konflik Suriah juga dukungannya untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sedangkan Trump sendiri lebih banyak melontarkan pujian untuk Putin. Bahkan dalam satu kesempatan, Trump menyebut Putin sebagai pemimpin yang lebih baik dari Presiden Barack Obama.
"Pemimpin Rusia yang kecil dan penggertak, tidak bisa mengatur AS. Bangsa terbesar di bumi ini, baru saja menarik diri dari perundingan soal gencatan senjata, sedangkan Vladimir Putin menempatkan sistem pertahanan rudal di Suriah," tegas Pence dalam debat cawapres AS yang digelar di Longwood University, Farmville, Virginia, seperti dilansir Reutersdan The Washington Post, Rabu (5/10/2016).
"Kita harus mampu menghadapi ini dengan kepemimpinan Amerika yang kuat dan kokoh," sebut Pence yang kini menjabat Gubernur Indiana ini.
Komentar Pence dalam debat itu memicu rasa heran di kalangan petinggi Partai Republik soal apakah Pence sebagai cawapres pecah kongsi dengan Trump soal Rusia. Namun kalangan konservatif yang tidak mendukung Trump, malah menyukai pandangan Pence.
"Kebijakan luar negeri Pence baik-baik saja. Sayangnya, itu bukan kebijakan luar negeri Trump," kicau editor majalah konservatif Weekly Standard, Bill Kristol.
Komentar keras Pence soal Rusia dianggap lebih sesuai dengan pola pikir kalangan tradisional dan konvensional Partai Republik. "Provokasi Rusia perlu berhadapan dengan kekuatan Amerika. AS seharusnya bersiap menggunakan kekuatan militer untuk menyerang target militer rezim Assad," tegas Pence dalam debat.
Debat cawapres AS hanya digelar satu kali pada Selasa (4/10) malam waktu setempat. Pence dan cawapres Partai Demokrat Tim Kaine tampil saling menyerang dan penuh interupsi. Keduanya kompak menyerang capres masing-masing, yakni Trump dan Hillary Clinton, dalam debat.
Dalam debat yang digelar selama 90 menit, kedua cawapres tidak menyampaikan komentar 'mematikan'. Pence terlihat berusaha menciptakan kesan bahwa dirinya pantas mendampingi Trump, sedangkan Kaine berusaha membujuk pemilih untuk menjauh dari Trump dan membuat Hillary lebih dipercaya.
Sedangkan Kaine yang kini menjabat Senator Virginia, menyebut Hillary akan keras terhadap Putin, jika menjabat Presiden AS. "Donald Trump, lagi-lagi, memuji Vladimir Putin. Dan jelas bahwa dia memiliki kesepakatan bisnis dengan oligarki Rusia yang sangat terkait dengan Putin," ucapnya.