Anggota militer Tunisia memeriksa jasad seorang anggota kelompok militan yang tewas dalam baku tembak di kota perbatasan Ben Guerdane, Senin (6/3/2016). Dalam insiden ini 21 anggota militan dan empat warga sipil tewas. |
TUNIS, KOMPAS.com - Pemerintah Tunisia mengatakan berhasil mencegah kepergian 2.000 orang warganya ke daerah-daerah konflik dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Juru bicara Kemendagri Tunisia Yasser Mesbah, Senin (9/5/2016), mengklaim telah menghancurkan 33 sel teroris dan menyidangkan 1.400 orang yang diduga adalah anggota organisasi teroris.
"Pada 2016, 1.877 warga Tunisia dicegah untuk pergi ke luar negeri terutama ke daerah-daerah konflik," kata Mesbah tanpa merinci daerah tujuan ribuan orang itu.
Mesbah menambahkan, sebagian besar orang yang dicegah pergi itu berusia antara 20-23 tahun dan mereka kini berada di bawah pengawasan ketat pemerintah.
Dalam wawancara dengan radio Shems FM itu, Mesbah mengatakan, sejak awal tahun ini pemerintah telah melakukan 1.733 penggerebekan ke berbagai lokasi yang diduga menjadi tempat untuk melindungi "elemen-elemen teroris".
Dalam periode yang sama, lanjut Mesbah, pemerintah menangkap 140 orang yang diduga menjadi sponsor keberangkatan ribuan orang itu ke luar negeri.
Mesbah melanjutkan, pemerintah sudah memiliki serangkaian langkah untuk memerangi terorisme dan memastikan keamanan dalam berbagai acara di negeri itu termasuk festival Yahudi Lag BaOmer.
Festival tahunan itu akan dipenuhi para peziarah Yahudi yang mengunjungi makam sejumlah tokoh agama dan sinagoge di pulau Djerba pada 25-26 Mei mendatang.
Editor | : Ervan Hardoko |
Sumber | : AFP |