Jakarta - Nama Ketua KPK Abraham Samad muncul dalam bursa cawapres Partai Gerindra. Tanpa diduga, Samad tidak menolak maupun menyambut secara tegas tawaran itu. Sikap Samad dinilai sudah mulai masuk pusara politik 2014.
Penggiat antikorupsi, Apung Widadi menyayangkan sikap yang ditunjukkan Samad. Jawaban Samad dinilai sebagai pernyataan yang setengah hati.
"Dia 'malu-malu tapi mau' saat beberapa capres meliriknya," kata Apung di Jakarta, Jumat (21/3/2014).
Sebagai pimpinan lembaga independen, pujian Samad kepada calon presiden Joko Widodo juga dipandang tidak elok. Sudah seharusnya seluruh personel KPK menjauhkan diri dari hingar-bingar politik.
"Saat dia memuji dan mendukung Jokowi menjadi presiden. Dia telah mengkhianati gerakan antikorupsi yang independen dan berwibawa. Samad telah merendahkan gerakan antikorupsi yang non-partisan," cecar Apung.
Ditanya berulangkali oleh media terkait lirikan menjadi cawapres Prabowo, tak sekalipun Samad memberikan jawaban menolak. Samad justru langsung blak-blakan bicara soal takdir politiknya.
"Saya tinggal menunggu takdir, apakah jadi wapres, presiden atau tetap jadi ketua KPK," ujar Abraham dalam pesan singkatnya kepada detikcom, Rabu (19/3) kemarin.
Layaknya politikus yang tergoda dengan lamaran capres, Abraham Samad pun mulai melempar pernyataan bersayap. Dia meminta waktu untuk meminta restu Sang Gusti.
"Berikan saya waktu salat istikharah," ujar Abraham di kantornya.
Abraham juga langsung bicara soal 'restu' pimpinan KPK lainnya. "Saya harus minta izin kepada pimpinan yang lain dan seluruh pegawai KPK, kalau mereka merestui dan setelah istikharah dan mendapatkan petunjuk, baru saya ambil keputusan," kata doktor dari Universitas Hasanuddin ini.