Banjir Mentawai Terbesar dalam 20 Tahun Terakhir

Author : Administrator | Selasa, 09 April 2013 09:30 WIB
Banjir di Sumbar (ANTARA/Maril Gafur)
Sumbar - Banjir yang merendam dua kecamatan di Kepulauan Mentawai sejak Jumat 5 April lalu, sudah menjadi bencana tahunan. Ketinggian air sudah mencapai atap rumah warga.
 
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar dan Yayasan Citra Mandiri (YCM) menduga penyebab banjir dahsyat ini adalah karena perusahaan pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPH) di kawasan itu tidak memaksimalkan program reklamasi. Selain itu, di Siberut, yang merupakan lokasi banjir, karakteristik tanahnya tergolong lembab atau berjenis lempung sehingga kemampuannya menyerap air terbatas. 
 
“Kondisi demikian terakumulasi oleh faktor-faktor lain di beberapa kawasan bekas izin HPH,” ujar Koordinator Divisi Hukum dan Kebijakan YCM Rifai Lubis, Senin 8 April 2013.
 
Rifai menjelaskan sedikitnya tujuh kawasan yang menjadi titik banjir saat ini pernah menjadi area konsesi perusahaan, meski dalam 9-10 tahun belakangan rata-rata Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) mereka telah dicabut. "Dampaknya dirasakan masyarakat Mentawai sekarang," kata Direktur Walhi Sumbar Khalid Syaifullah.
 
Khalid menjelaskan penebangan hutan selama tujuh tahun oleh perusahaan pemegang HPH, membuat tempat resapan air berkurang. Kontur tanah di Pulau Siberut tak memiliki air bawah tanah sehingga bergantung pada air permukaan. 
 
"Fungsi hutan menjadi sentral sebagai satu-satunya tempat menyimpan air ketika curah hujan tinggi. Saat curah hujan tinggi, ketika tanah tak menyerap air, sungai bakal meluap. Ini yang terjadi di Siberut,” katanya.
 
Banjir tahun ini merupakan banjir terbesar sejak 20 tahun terkahir yang melanda banyak desa. Petrus Geyak Siribetuk, warga Desa Monganpoula Kecamatan Siberut Utara, mengatakan biasanya tinggi air hanya dua meter, tapi kali ini mencapai atap rumah penduduk.
 
“Tahun ini merupakan banjir kedua terbesar sejak tahun 1988. Daerah Monganpoula ini sudah langganan banjir tiap tahun,” katanya.
 

Akibat banjir kali ini, sekitar 3.000 penduduk mengungsi. Curah hujan yang tinggi sejak Rabu 3 April lalu diduga telah memicu banjir sejak 5 April dan baru mulai surut pada 8 April.

Sumber: http://nasional.news.viva.co.id
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: