Sri Mulyani Indrawati |
WASHINGTON, KOMPAS.com — Kenaikan peringkat utang atau rating jangka panjang Indonesia dari BB+ menjadi BBB- tidak akan berarti apa pun tanpa infrastruktur yang mumpuni. Pemerataan dan efisiensi pembangunan ekonomi hanya dapat dicapai dengan infrastruktur yang lengkap.
"Selamat atas status investment grade for Indonesia. Ini sangat berarti pada saat banyak negara maju justru mengalami downgrade (penurunan) status," kata Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati saat dihubungi melalui surat elektronik di Washington DC, Amerika Serikat, Sabtu (17/12/2011).
Menurut Sri Mulyani, Indonesia masih perlu mengatasi ketertinggalan di bidang infrastruktur agar efisiensi dan pemerataan kemajuan ekonomi dapat ditingkatkan. Fokus investasi juga harus diarahkan pada penanggulangan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan.
Hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, yaitu yang bertumpu pada perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM), kenaikan peringkat utang akan dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal.
Peningkatan kualitas SDM itu dilakukan melalui perbaikan pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur dasar. "Selain itu, perlu juga reformasi kelembagaan dengan memerangi korupsi, efisiensi, dan kompetensi birokrasi, serta memperbaiki kualitas dan kapasitas pemerintahan daerah," ujarnya.
Seperti diketahui, lembaga pemeringkat utang Fitch Rating yang berkedudukan di Hongkong menaikkan peringkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia dan pinjaman berdenominasi rupiah dari BB+ (plus) menjadi BBB- (minus). Fitch pun menambahkan bahwa perkiraan perekonomian Indonesia pun stabil.
Fitch memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6 persen per tahun hingga 2013 di tengah kurang kondusifnya perekonomian global saat ini. Indonesia juga mampu pulih dari krisis dengan cepat karena perekonomiannya berorierntasi domestik.