Kisah Satinah dan Jepit Rambut Kesayangannya

Author : Administrator | Jum'at, 28 Maret 2014 08:35 WIB

Semarang - Jepit rambut warna cokelat dengan guratan yang membentuk tulisan "Tina" menjadi saksi bisu kegundahan Satinah ketika terlibat kasus pembunuhan di Arab Saudi. Benda itu diusahakan Satinah agar bisa "terbang" melintasi lautan hingga sampai di rumahnya di Dusun Mrunten, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang sebagai pesan kepada anak dan kerabatnya.

Selain jepit rambut, ada juga dua lembar kertas memo berukuran kecil yang sudah kusam bertuliskan pesan meminta doa kepada keluarga agar bisa cepat berkumpul lagi dengan keluarga. Guratan di jepit rambut dan pesan tersebut ditulis Satinah di balik jeruji penjara Al Ghazi, Saudi Arabia tahun 2008 silam.

"Tulisan yang ada di jepit rambut itu ditulis pakai jarum. Ada tulisan nomor handphone saya juga di situ," kata kakak ipar Satinah, Sulastri (39) saat ditemui di kediamannya Dusun Mrunten, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Kamis (27/3/2014).

Jepit itu dititipkan Satinah kepada rekannya sesama TKW yang juga dibui di penjara Al Ghazi. Kertas memo itu dilipat kecil kemudian dimasukkan ke sendal jepit yang dipakai TKW itu ketika bebas dari penjara dan bisa melewati pengawasan sipir penjara. Dengan berbekal nomor telepon yang diukir oleh Satinah, TKW itu akhirnya bisa mengabarkan keadaan Satinah yang dipenjara Arab Saudi kepada keluarganya.

"Tahun 2008 mengirim surat, memberi tahu kalau ada masalah di sana (Arab Saudi)," tandas Sulastri.

Jepit rambut itu merupakan barang kesayangan dan sudah dikenakan Satinah sejak di Indonesia, oleh karena itu Satinah menyertakan benda tersebut di surat tersebut agar percaya pesan itu ditulis olehnya.

"Itu benda kesayangannya, kami kaget saat mengetahui kabar itu," ujar Sulastri sambil memegang jepit rambut milik Satinah.

Salah satu kutipan dalam surat tersebut adalah, "Aku njaluk dongane wae lek cepet mulih sing kuoso maringi ampunan lan majikan ampunan welas asih karo aku lek cepet bebas dibalekke. (Aku minta doanya agar cepat pulang, Yang Kuasa memberi ampunan dan majikan berbelas kasihan mengampuni dan agar cepat bebas dipulangkan),"

Pihak keluarga kini menunggu apakah usaha pemerintah dan bantuan dari berbagai pihak yang sudah diberikan bisa membebaskan Satinah dari hukuman pancung sehingga bisa kembali ke rumah dan putri Satinah, Nur Afriana (20) bisa melihat ibunya kembali memakai jepit rambut itu.

Sumber: http://news.detik.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: