Media Asing Soroti Tewasnya 8 Imigran Myanmar di Medan

Author : Administrator | Sabtu, 06 April 2013 11:03 WIB
Pengungsi muslim Rohingya asal Myanmar
VIVAnews - Sejumlah media asing menurunkan laporan mengenai bentrokan antarwarga Myanmar di rumah detensi imigrasi (rudenim) Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat 5 April 2013. Dalam peristiwa tragis itu, 8 orang dan 21 lainnya luka.

Peristiwa ini menjadi sorotan bukan hanya karena kekerasan yang mengakibatkan hilangnya korban jiwa. Kasus ini dipandang sebagai indikasi bahwa ketegangan di antara kelompok-kelompok tertentu di Myanmar masih tinggi meskipun upaya-upaya rekonsiliasi sedang digalakkan.

Bentrokan itu melibatkan imigran Myanmar dari etnis Rohingya yang beragama Muslim dengan warga Myanmar lainnya yang diyakini beragama Buddha.

Kedua kelompok ini berada di rumah detensi yang sama karena alasan yang berbeda. Para Rohingya--yang jumlahnya mencapai sekitar 100 orang-- dicegat di laut lepas saat mereka sedang berperahu untuk mengungsi.

Sedangkan para nelayan ditangkap karena diduga melanggar batas wilayah Indonesia. Mereka berdesakan karena jumlah tahanan yang ada sudah jauh melebihi kapasitas fasilitas tersebut.

The Huffington Post berhasil merekam kronologis peristiwa tersebut dengan mengutip sejumlah sumber setempat.

Seorang polisi lokal bernama Endro Kiswanto--seperti dikutip media asal Amerika Serikat itu--mengatakan bahwa bentrokan dipicu perdebatan sengit antara seorang ulama Muslim Rohingya dan seorang nelayan yang diyakini beragama Buddha.

Mereka cekcok tentang konflik berdarah yang terjadi di Myanmar bulan lalu. Dalam konflik saat itu, segerombolan masyarakat dilaporkan membakar perkampungan warga Muslim. Akibatnya, puluhan tewas dan ribuan lainnya mengungsi.

Perdebatan bertambah panas setelah beberapa imigran Rohingya tersinggung karena diperlihatkan sejumlah foto yang menggambarkan peristiwa pembakaran mengenaskan di Myanmar itu. Adu mulut pun berlanjut ke adu fisik.

Sementara Reuters, melaporkan beberapa di antara mereka menggenggam pisau dan kayu. Saling lempar batu pun terjadi. Berita Reuters ini kemudian dikutip oleh kantor berita Malaysia, Bernama.

The New Straits Times, media berbahasa Inggris asal Malaysia, menyebutkan bahwa peristiwa ini menodai upaya reformasi politik yang sedang digalakkan pemerintah Myanmar yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai Junta Militer.

Kedelapan korban tewas yang seluruhnya diyakini adalah nelayan Myanmar itu bernama Aye (23), Myo (20), Aung Thu Win (24), Aung Than (44), Min-min (24), Win Tun (32), Nawe (23) dan Sam Iwin (45). Polisi di Sumatera Utara sudah menetapkan 18 orang sebagai tersangka.

Menurut Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, ada tiga orang yang berhasil meloloskan diri.

"Saya sendiri belum mengetahui konteks konflik ini serta bagaimana penanganan mereka selama berada di rumah detensi di Medan. Namun yang saya tahu, kasusnya sedang ditangani oleh pihak kepolisian Sumatera Utara," ujar Marty.

Ia mengaku tidak tahu mengapa kedua kelompok yang diketahui sering bertikai di Negara asalnya itu ditempatkan dalam rumah detensi yang sama.

Ketegangan antara warga Myanmar yang melibatkan etnis Rohingya sudah terjadi bertahun-tahun. Pemerintah Myanmar, dan juga sebagian besar penduduk Negara itu, beranggapan bahwa orang Rohingya secara tidak sah menempati tanah Myanmar karena mereka sesungguhnya adalah imigran dari Bangladesh.

Akibatnya, etnis Rohingya selalu hidup terasing dan mengalami diskriminasi. Bahkan, mereka tidak diakui sebagai warga Negara Myanmar.

Pemerintah Indonesia telah berulangkali menyerukan reformasi politik dan demokratisasi Myanmar yang harus juga ditunjukkan dengan penghilangan sikap diskriminatif terhadap etnis Rohingya.

Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/402987-media-asing-soroti-tewasnya-8-imigran-myanmar-di-medan
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: