Memupus Predikat Tukang Curhat

Author : Administrator | Rabu, 08 Februari 2017 06:16 WIB

KEBIASAAN menumpahkan curhat dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono tidak lepas dari kepribadian yang ia miliki. Pengajar psikologi kepribadian di Universitas Indonesia Bagus Takwin mengatakan SBY merupakan tipe anak tunggal yang charming.

Orang dengan kepribadian seperti itu selalu berusaha menjaga citra diri dan keluarga. Bila ada hal yang sekiranya dapat merusak hal tersebut, SBY akan buru-buru bereaksi baik itu melalui cicitan di Twitter maupun konferensi pers.

"Anak tunggal yang charming berusaha agar orang selalu memperhatikannya dan mempertahankan citra diri sebagai pribadi yang baik. Tidak mengherankan bila ada hal yang mengganggu citranya, SBY akan bereaksi," ujar Bagus kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Serangkaian curhat SBY beberapa bulan menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017, kata Bagus, harus diakui sangat terkait dengan kontestasi yang diikuti Agus Harimurti, sang putra sulung. SBY akan langsung bereaksi bila ada hal yang sekiranya dapat mengganggu citra Agus.

"Jadi, ini tidak ada hubungannya dengan postpower syndrome. Itu memang karena kepribadian SBY dengan tipe anak tunggal yang charming. Bila ada persoalan berpotensi merusak citra dia dan keluarga, SBY langsung bereaksi," cetusnya.

Psikolog UI Enoch Markum menambahkan curhat SBY malah kian membuat gaduh situasi negara. Padahal, kata dia, ketua umum partai lain yang ikut mencalonkan kandidat di pilkada DKI tak seaktif SBY.

Senada dengan Bagus, kebiasaan SBY sering mencicit dan mengeluh di Twitter tidak lepas dari majunya Agus sebagai calon gubernur nomor urut 1. SBY secara rasional dan emosional merasa ikut bertanggung jawab untuk memenangkan anak kandungnya itu.

"Ada ikatan emosional karena sangat dekat dengan putranya (Agus) dan beliau sendiri yang punya inisiatif putra yang di militer ditarik ke politik. Dengan demikian, pelibat-annya baik rasional maupun emosional besar dan kuat," jelas Enoch.

Enoch meminta SBY menahan cicitannya dan menyadari posisinya sebagai tokoh. Saat ini SBY telah mendapat label sebagai tukang curhat oleh netizen. "Menurut saya, hal itu malah bisa berdampak negatif bagi Agus," tandasnya.

Pengamat komunikasi politik Universitas Brawijaya Anang Sujoko mengatakan, dalam kajian komunikasi politik, seringnya seseorang mencicit dan mengeluh di media sosial menggambarkan orang tersebut kurang dewasa dan kurang bijaksana. Dalam pepatah sama saja seperti 'tong kosong nyaring bunyinya'.

"Kalau melihat prinsip ketimuran, orang banyak bicara itu cenderung tidak produktif, yang cenderung responsif tingkat tinggi tanda-tanda kekurangdewasaan. Bahkan pepatah mengatakan 'tong kosong nyaring bunyinya'," kata Anang.

Respons masyarakat yang justru menjadikan cicitan SBY sebagai bahan humor dapat diartikan bahwa masyarakat telah kehilangan rasa hormat terhadap SBY. "Ketika sikap kenegarawanan terdegradasi, rasa hormat masyarakat menjadi menurun," ujarnya. (Nyu/P-5)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/news/read/91167/memupus-predikat-tukang-curhat/2017-02-08#
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: