Antrean kendaraan di sebuah SPBU di Jakarta, sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan BBM, Senin malam (17/11). |
REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN-- Pola menaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan Presiden Joko Widodo dinilai tergolong "cerdas" sehingga tidak terlalu menimbulkan gejolak harga. Pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Muhammad Ishak mengatakan Presiden Joko Widodo diperkirakan memahami jika BBM adalah komoditas strategis.
Pemerintah dinilai menyadari jika kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap harga komoditas lain. Karena itu, pemerintah tidak mau bermain isu dan wacana dalam menaikkan harga BBM tersebut karena dikhawatirkan dapat menimbulkan gejolak harga.
Presiden Joko Widodo dinilai bermain "cerdas" karena mengisyaratkan tentang adanya kemungkinan kenaikan harga tetapi tidak memberitahuka waktu pelaksanaannya. "Lebih 'smart' dibadingkan presiden lainnya. Tidak diumumkan waktu tepatnya, tetapi pasti dilakukan," katanya.
Ia mengatakan, ketika kenaikan harga BBM tersebut sempat diisukan beberapa hari sebelum keputusan, harga sejumlah memang mengalami kenaikan meski tidak signifikan. "Namun setelah dinaikkan (tiba-tiba), harga relatif stabil," katanya.
Meski demikian, pihaknya menyayangkan kalangan eksekutif di pusat dan daerah yang terkesan kurang siap dalam menyikapi perkembangan situasi akibat kenaikan harga BBM itu. Selain itu, disayangkan juga pemerintah belum memberikan alasan yang jelas tentang keputusan untuk memberlakukan kenaikan harga BBM tersebut Rp 2.000 per liter.
"(Menko Perekonomian) Sofyan Djalil pun didatangkan ke sini, mungkin masih belum bisa menjelaskannya," ujar Ishak.
Menurut catatan, pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter sehingga harga premium naik menjadi Rp8.500 dan solar menjadi Rp 7.500. Kenaikan harga tersebut mulai berlaku Selasa, 18 November 2014, pukul 00.00 WIB, serentak di seluruh wilayah Indonesia.