Presiden Jokowi (foto: Antara) |
JAKARTA - Pengamat politik Hendri Satrio menilai, kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat (AS) di tengah kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan menuai kontroversi.
"Kalau memang bisa diundur seharusnya Presiden menunda kunjungan kerja ke AS. Bukan saja karena kabut asap namun masih ada kontroversi tentang Freeport yang belum selesai. Karena pada isu AS dan Freeport Presiden dihadapkan pada janji kampanye termasuk Trisakti dan Nawacita. Jadi menyerahkan bencana kabut asap kepada Wapres dan mengutamakan kunjungan ke AS bukan langkah yang 100 persen tepat," ujar Hendri kepada Okezone, Selasa (27/10/2015).
Hendri menambahkan, para menteri Kabinet Kerja juga dianggap sebagai salah satu faktor penghambat kerja Jokowi-JK. Selain itu para menteri dianggap sebagai penyumbang ketidakpuasan publik pada Jokowi-JK versi hasil survei nasional Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI).
"Bila mengacu pada hal tersebut maka Jokowi perlu merombak menteri-menterinya sekali lagi untuk mengembalikan kepuasan rakyat dan melanjutkan programnya dengan cepat," imbuhnya.
Sebab itu, ia memperkirakan akan adanya reshuffle jilid II jelang pergantian tahun mendqatang. Adapun sejumlah menteri, lanjut Hendri yang berpotensi dicopot ialah yang berhubungan dengan pengendalian harga barang, arus distribusi barang, bencana asap, penguatan BUMN, penguatan UKM, penguatan ketahanan pangan dan sosialisasi kebijakan yang sering terhambat.
"Banyak yang menduga Presiden akan melakukan reshuffle saat kembali ke Jakarta. Walaupun ini hak prerogative presiden tapi dengan banyaknya masalah yang terjadi saat ini nampaknya presiden akan melakukan perombakan kabinet sebelum pergantian tahun. Saya bidang-bidang itu, kemungkinan 9-11 menteri tidak aman diposisinya saat ini," pungkasnya.