SBY Merasa Dijadikan 'Kambing Hitam' atas Terpuruknya Rupiah

Author : Administrator | Kamis, 18 Desember 2014 11:32 WIB
Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan empat mata membahas proses transisi kepemimpinan, di Laguna Resort and Spa, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8) malam. (foto: abror/presidenri.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengaku mengikuti perkembangan situasi di TanahAir, termasuk soal gejolak ekonomi akibat jatuhnya nilai rupiah belakangan ini. Ia mengaku juga mengamati komentar publik, termasuk jajaran pemerintah terkait masalah ini.

Dalam pengamatannya, SBY merasa dijadikan "kambing hitam" atas situasi ekonomi saat ini, terutama oleh pembantu Presiden Joko Widodo.

"Seorang pejabat pemerintah jg menuding bhw semua ini akibat kebijakan pemerintahan SBY yg salah," kata SBY dalam akun Twitter-nya @SBYudhoyono.

"Memang yg paling mudah adalah mencari "kambing hitam", atau harus ada pihak yg disalahkan, terutama terkait jatuhnya rupiah kita," tambah SBY.

Terkait tudingan tersebut, SBY meminta kepada orang-orang yang bekerja dalam 10 tahun pemerintahannya untuk bersabar. Ia meminta mereka tidak ikut melontarkan tudingan.

SBY mengaku mengambil pelajaran selama memimpin Indonesiabahwa menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan persoalan. Ia mengaku tak akan lupa jasa para menteri, gubernur, ekonom, pebisnis, dan pihak lain dalam mengatasi persoalan ekonomi.

"Termasuk kebersamaan kita, siang & malam mengatasi gejolak minyak dunia th 2005 & 2008 & mengatasi krisis global th 2008 & 2009," kata SBY.

"Atas keputusan, kebijakan & tindakan yg kita lakukan - tanpa menyalahkan orang lain - Alhamdulillah kita bisa selamatkan ekonomi kita," ujarnya.

"Terimalah ucapan terima kasih saya & tetaplah bersabar jika apa yg kita lakukan dgn sungguh-sungguh dulu, kini dgn mudah disalahkan," kata SBY.

SBY menambahkan, jika ada yang salah dengan kebijakan pemerintahan sebelumnya, semua itu tanggung jawabnya. Ia mengaku tak akan pernah menyalahkan orang lain.

"Biarlah Tuhan & rakyat yg menilai, apa yg kita lakukan & ikhtiarkan utk mengatasi persoalan bangsa di masa pemerintahan saya dulu," ujarnya.

"Prinsip kepemimpinan yg saya anut - pantang menyalahkan baik pendahulu maupun pengganti saya. Tabiat menyalahkan tak baik & tak arif," kata politisi Partai Demokrat itu.

"Saya jg tak suka menyalahkan pendahulu. Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur & Ibu Megawati, semua ingin berbuat yg terbaik," ujarnya

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: