Presiden Joko Widodo didampingi Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, dan Mensesneg Pratikno melakukan pertemuan dengan sejulam Ormas Islam di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (1/11/2016). Pertemuan yang antara lain dihadiri oleh NU, Muhammadiyah, dan MUI itu membahas rencana demonstrasi besar pada 4 November mendatang terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama. TRIBUNNEWS/HERUDIN
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo telah mengundang Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah ke Istana Negara.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Sodik Mudjahid berharap undangan itu hanya silaturahmi awal.
"Sebelum nanti presiden silaturahmi dengan FPI dan kelompok lainnnya," kata Sodik melalui pesan singkat, Kamis (3/11/2016).
Sodik khawatir ada kesan memecah belah umat Islam bila organisasi tersebut tidak diundang. Padahal, Presiden Jokowi tidak pernah berniat memecah belah umat.
Sodik berpikir positif mengenai FPI yang tidak diundang Presiden Jokowi ke Istana Negara.
"Saya berpikir Presiden menggali dulu info dari MUI, NU dan Muhammadiya sebelum bertemu FPI," kata Politikus Gerindra itu.
"Tapi kelompok yang bersuudzon menganggap itu upaya memecah belah umat," tambah Sodik.
Sodik menduga presiden khawatir akan "gugup" saat bertemu FPI sebelum dapat masukan dari MUI, NU dan Muhammadiyah.
Diketahui, Selasa (1/11/2016), Presiden Joko Widodo kedatangan tamu dari organisasi massa Islam, yakni perwakilan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
Pantauan Tribunnews.com, para petinggi tiga ormas Islam yang hadir yakni Ketua MUI KH Ma'ruf Amin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir.