Pengalaman pendidikan kita di Indonesia mengindikasikan bahwa kegiatan akademik sangat diperhatikan mulai dari pemangku kebijakan bidang pendidikan pusat hingga pelaku atau praktisi pendidikan seperti guru. Saking besarnya perhatian mereka pada kemampuan akademik untuk menentukan siswa/mahasiswa itu terbaik atau teladan kriterianya adalah memiliki nilai prestasi akademik (IP) yang tertinggi. Sementara itu kecakapan softskills seperti kreativitas mengatasi masalah, keterampilan berkomunikasi, percaya diri, interaksi sosial dan sejumlah sikap dan perilaku soft lainnya tidak atau kurang diberdayakan oleh para guru/dosen di ruang-ruang kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Alhasil, lulusan sekolah formal hanya pandai mengerjakan tes tertulis atau ujian yang dibuat sekolah sekolah secara tertulis tetapi ungkapan lisan dan kepiawaian dalam bekerja dengan atribut inisiatif, kreatifitas, inovasi, sensitifitas, aplikatif, efektivitas (IKI SAE, Aries Musnandar 2012) tinggi tidak terejawantahkan dalam wujud-wujud kegiatan belajar mengajar baik di ruang kelas maupun saat belajar di liuar ruang kelas. Bertahun-tahun kebijakan dan pendekatan pendidikan diarahkan hanya pada keunggulan intelektual akademik secara sempit dan linear sehingga kemampuan berpkir dan bekerja secara lateral dan kreatif tidak terasah dengan baik. Konsekuensinya lulusan pendidikan kita amat buruk dalam menampilkan diri sebagai calon karyawan yang mampu bekerja dalam tataran softskills memadai sebagaimana yang dibutuhkan dunia usaha dan industri.
Mencermati situasi dan kondisi tersebut maka wajar jika banyak para pengganguran intelektual sementara dunia usaha dan industri sulit mendapatkan calon karyawan berpotensi baik dengan kecakapan softskills canggih. Sebenarnya lowongan kerja tidaklah sedikit namun ketersedaiaan tenaga kerja yang diharapkan dunia usaha masih belum memiliki standar yang diinginkan. Oleh karena itu kiranya, pihak pemangku kepentingan perlu mencermati ulang dunia pendidikan kita khususnya dalam persoalan metodologi pembelajaran. Pemberdayaan guru dan dosen dalam mengantarkan materi belajarnya yang dapat meningkatkan kualitas softskills pelajar sangat mendesak dibutuhkan, oleh karena itu kualitas softskills guru dan dosen adalah yang pertama dan utama untuk ditumbuhkembangkan terlebih dahulu sebelum kita mendapatkan lulusan yang siap kerja.