Antara Menulis Artikel Opini dan Surat Pembaca

Author : Aries Musnandar | Jum'at, 15 Agustus 2014 10:20 WIB

http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4855:antara-menulis-artikel-opini-dan-surat-pembaca&catid=35:artikel&Itemid=210

 

Setelah beberapa waktu saya terbiasa dengan menulis artikel opini untuk media massa cetak, maka kini saya lebih sering menulis ide, gagasan kritik sosial, dan pesan-pesan dalam bentuk tulisan pendek khusus untuk rubrik surat pembaca. Tulisan saya itu saya buat secara ringkas, padat, langsung ke persoalan dan sesingkat mungkin agar bisa dimuat di rubrik tersebut. Mengapa saya kirim ke surat pembaca bukan ke rubrik opini? Memang sebelumnya saya sering mengirim artikel topik-topik aktual tidak berbeda dengan tulisan yang saya kirim ke media massa untuk dimuat di rubrik pembaca. Isi dan pesan yang disampaikan sesungguhnya sama dan sejalan dengan ide yang biasa saya tulis untuk artikel opini.

Dari sisi penulis bisa diungkap perbedaan mencolok antara menulis artikel opini dengan menulis artikel untuk surat pembaca sebagai berikut: pertama, artikel opini hanya bisa dimuat oleh satu koran saja. Seandainya dimuat di dua koran itu berarti penulis telah melanggar etika yang berlaku pada media massa karena penulis tidak diperkenankan mengirim tulisannya pada lebih dari satu media secara bersamaan. Sedangkan tulisan di surat pembaca boleh dan tidak masalah dimuat di banyak koran. Kedua, waktu tunggu antara mengirim artikel dan dimuatnya tulisan lumayan lama bisa memakan waktu 4 hari bahkan dalam aturannya ditetapkan satu minggu, setelah itu baru boleh mengirmkan ke koran lain. Sementara itu respon terhadap surat pembaca lumayan cepat. Jika isu yang diangkat aktual dalam waktu 1-2 hari sudah bisa kita lihat tulisan itu dimuat di koran. Ketiga, karena penulis artikel opini diberikan honor penulis maka seleksi tulisan demikian ketat sehingga kalau tidak benar-benar bagus tidak akan mungkin dimuat. Puluhan artikel saya dimuat di koran-koran tetapi puluhan pula bahkan mungkin lebih yang ditolak oleh redaksi termasuk saat awal-awal saya menulis artikel opini untuk media massa. Disisi lain tulisan surat pembaca relatif lebih longgar seleksinya, asal ide atau pesan yang disampaikan penting dan menarik maka kesalahan tata bahasa sedikit saja tidak masalah, dan tentu tidak ada honor untuk penulis surat pembaca.  

Alasan saya lebih senang membuat ide, pesan, kirtik dan saran terhadap realitas yang terjadi di masyarakat itu dalam bentuk tulisan untuk surat pembaca karena tulisan di surat pembaca dapat dimuat di banyak koran sedangkan gagasan yang dikemas dalam bentuk artikel opini hanya dimuat oleh satu koran saja. Kalau artikel opini yang dimuat di koran akan mendapatkan honor menulis tetapi tulisan di surat pembaca tidak demikian, sehingga tulisan tersebut bisa dimuat dibeberapa koran. Dengan banyaknya koran memuat tulisan saya dalam rubrik surat pembaca maka maksud saya untuk trurt mencerdaskan masyarakat pembaca atas isu-isu aktual yang berkembang bisa tercapai.

Saya merasa makin banyak yang membaca tulisan tersebut semakin baik. Tulisan-tulisan untuk surat pembaca pun mesti menarik, ringkas, pada dan berisi agar pihak redaksi bisa selalu memuat tulisan tersebut. Sebab meski hanya dimuat di surat pembaca tidak jarang apabila tulisan saya hanya dibuat asal-asalan atau tidak dibuat dalam bahasa jurnalistik yang baik dan menarik maka tulisan tersebut tidak lolos kriteria dan gagal untuk dimuat. Oleh karena itu tidak hanya menulis artikel opini saja tetapi menulis untuk surat pembaca pun mesti dengan tata bahasa yang baik disamping memerhatikan kualitas gagasan, ide dan pesan yang dibutuhkan serta penting diketahui masyarakat luas.   

Tulisan di surat pembaca juga lebih interaktif karena tidak jarang mendapat respon langsung dari pembaca. Misalnya, pernah saya kedatangan lelaki paruh baya dari Malang Selatan yang sangat mendukung isi tulisan saya. Lalu baru-baru ini saya menerima surat dari pembaca sebuah koran yang memuat tulisan saya di surat pembaca yang berjdul \\"Presiden Mesti Netral\\".

Singkat cerita menulis di surat pembaca menurut saya cukup ampuh dan bisa dibaca secara lebih luas oleh kalangan masyarakat karena tulisan saya bisa dimuat di banyak koran, sehingga ide, gagasan, isi kritik, saran dan pesan yang saya sampaikan bisa mereka baca. Jika maksud kita adalah untuk turut mencerdaskan masyarakat melalui tulisan dengan jangkauan pembaca meluas maka menusli untuk surat pembaca menurut saya adalah jawabannya. Meski tidak ada apresiasi dari sis materi namun kepuasan batin dan intelektual adalah yang utama bagi saya dalam upaya mengajak masyarakat untuk bersikap krtis, jeli dan memiliki kemauan untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: