Beda Bahasa Tutur dan Bahasa Tulis

Author : Aries Musnandar | Jum'at, 26 September 2014 11:40 WIB

Tidak semua orang mendapatkan anugerah dari Allah berupa kepiawaian dalam berkomunikasi lisan (bahasa tutur) dan sekaligus mampu berkomunikasi menulis (bahasa tulis) dengan baik.  Biasanya kita sering menemukan orang yang sangat piawai dalam mengemukakan idenya dalam bahasa tutur tetapi agak kesulitan dalam menyampaikan idenya dalam bahasa tulis, demikian sebaliknya.  Imam Suprayogo, Rektor UIN Maliki Malang saat ini adalah salah satu dari sedikit contoh betapa bahasa tutur dan bahasa tulis begitu mudah bagi beliau mempratekkannya. Selama 5 (lima) tahun berturut-turut tak pernah putus menulis setiap harinya di situs UIN Maliki Malang pada kolom khusus artikel Rektor, sehingga yang bersangkutan mendapatkan rekor Muri yang sampai sekarang belum ada yang memecahkan rekor tersebut. Hingga kini beliau masih menulis setiap paginya seusai shalat Subuh. Luar Biasa!  Anda bisa bayangkan betapa figur yang satu ini kaya dengan ide dan gagasan yang siap dilontarkannya setiap hari. Demikian pula ketika beliau diundang suatu acara dan diminta untuk memberikan sambutan atau ceramah, dengan mudah kata-kata bahasa tuturnya meluncur deras, encer, lancar dan mempesona yang dilengkapi dengan tanda-tanda komunikasi non verbal seperti intonasi, ekspresi tutur meyakinkan yang membuat pendengarnya terlarut  didalamnya dan ide-ide sang rektor menjelajah imajinasi para pendengarnya. Dalam suatu penelitian komunikasi tanda-tanda non verbal ini berpengaruh lebih dari 90% dari keberhasilan seseorang pembicara dalam menyampaikan gagasan atau pesannya kepada audiens atau pendengar.

Lalu pertanyaannya adalah apakah kecakapan dalam bertutur dan keterampilan menulis seseorang itu datang sendiri dari lahir berupa pembawaan (bakat)? Ataukah,kedua keahlian tersebut bisa dilatih dan dibentuk?  Berdasarkan pengalaman dan dari apa yang saya ketahui terkait hal tersebut, kedua kemampuan berbahasa (tutur dan tulis) dapat dilatih dan dipelajari sehingga kematangan dalam berbahasa menjadi terasah dan teruji melalui sejumlah pengalaman langsung. Namun dari semua itu menurut hemat saya ada dua hal penting yang membuat seseorang menunjukkan prestasinya dalam bertutur dan menulis yakni pertama, berasal dari hasil renungan mendalam yang sungguh-sungguh, kedua, praktek terus menerus, sehingga membuat potensi dari keduanya terangkat dan terejawantahkan.

Renungan, adalah kegiatan memahami dalam proses berpikir yang ingin berupaya mencari dan menemukan sesuatu menjadi lebih jelas dan terpahamkan sebagai suatu ‘ilmu’ (well understandable). Melalui renungan mendalam daya-daya atau potensi dimiliki dan yang berada dalam diri seseorang akan membentuk organisasi yang baik antara indera-indera manusia dan otak yang menyalurkan kekuatan kognisi, afeksi dan psikomotorik menjadi satu kesatuan yang dapat ditampilkan berwujud bahasa tutur dan atau bahasa tulis. Semakin kuat daya renung seseorang atas obyek yang diamati dan ditelaah, maka akan semakin kuat pula keinginan orang itu untuk menumbuhsuburkan dalam bentuk perilaku berwujud (bahasa tutur dan bahasa tulis). Selanjutnya, bila makin sering merenung dan berpikir dengan mewujudkannya dalam praktek sehari-hari serta dibiasakan untuk dijabar-kembangkan dalam bentuk bahasa tutur dan tulis, maka yang bersangkutan makin terbiasa, implikasinya, jika diminta bertutur dan menulis, maka ia akan menikmatinya dan jadilah ia seorang orator ulung dan penulis andal. Kesemuanya itu merupakan bagian dari Knowledge Management (KM) individu yang teraplikasikan.

Maka solusi yang paling baik untuk meningkatkan kepiawaian kita dalam dua keahlian tersebut adalah dengan berupaya membaca gejala-gejala yang dipelajari secara serius dan di sisi lain berupaya langsung menuangkan yang dipahaminya dalam bentuk lisan (bahasa tutur) dan tulisan dalam berbagai kesempatan. Kian sering dilatih kian terasah kemampuan bahasa tutur dan atau bahasa tulis kita. Jadi, gunakan kesempatan untuk mempratekkan keduanya janganlah berhenti untuk berkarya baik dalam bahasa tutur dan bahasa tulis. Merenung tanpa upaya mengejawantahkan dalam bentuk kata-kata yang tertulis dan dituturkan akan cepat dan mudah hilang. Sebaliknya apa yang direnungkan perlu diuraikan dalam bentuk penuturan lisan dan tulis agar semakin melekat sehingga menjadi bagian dari  KM seseorang yang diperlukan dalam menumbuhkembangkan kualitas personal manusia menjadi lebih bijaksana dan beradab.

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: