Berinvestasi Demi Impian Masa Depan

Author : Relinda Puspita | Kamis, 09 Juni 2016 10:13 WIB

Kecintaan terhadap traveling membuat saya berpikir untuk keliling dunia. Tiada hari yang saya lewati tanpa memikirkan rencana perjalanan, entah itu keluar kota, keluar pulau, atau keluar negeri. Bahkan rasanya saya tidak betah tinggal di rumah. Eits, bukan berarti saya tidak menyukai orang-orang di rumah, ya.

Hanya sesuatu yang setiap hari dilihat dan dihadapi, terasa membosankan. Untung saya memiliki pekerjaan yang mengharuskan keluar rumah setiap harinya. Ehm, tapi… tempat kerja yang tetap, dengan orang-orang yang sama, bahkan ritme kerja yang relatif serupa, juga membuat jenuh. Dan kalau dipikir-pikir, rutinitas harian saya hanya bangun tidur untuk ke kantor, lalu kembali ke rumah.

Hanya sesekali bertemu teman yang bukan rekan kerja, atau sengaja mangkir beberapa hari. Saya rindu berinteraksi dengan orang yang berbeda suku, bangsa, dan bahasa, atau harap-harap cemas mengejar bus dan kereta. Saya suka memutar otak, berpikir bagaimana caranya mendapatkan kenyamanan dan kenikmatan dengan biaya semurah mungkin. Rasanya ingin berganti pekerjaan sebagai full-time traveler.

Tapi apa daya, impian harus terbentur keadaan. Adalah uang yang memotivasi saya melakukan aktifitas yang sama setiap harinya. Disayangkan memang, penghasilan utama saya hanyalah gaji bulanan. Beruntung saya masih sendiri dan tinggal bersama orang tua, sehingga belum terbebani dengan beragam tagihan. Pemasukan yang dimiliki murni untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Saya tidak berpikir tentang investasi, karena tidak paham bagaimana melakukannya.

Saya tidak membeli rumah karena merasa belum perlu dan keberatan dengan cicilannya. Saya hanya menabung di tabungan biasa dengan kartu ATM yang bisa digunakan kapan saja. Toh, tabungan hari tua berupa uang pensiun bakal dijamin kantor. Lama kelamaan, berkaca dari keadaan teman-teman yang telah berkeluarga, dibumbui sedikit istilah inflasi dan ekonomi mikro/makro, membuat saya berpikir.

Saya tergerak untuk berinvestasi karena tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Syukur-syukur jika penghasilan saya dan pasangan nantinya cukup untuk memenuhi kebutuhan kami dan anak-anak. Kalau kurang? Perlahan saya mulai bertanya dan mencari tahu tentang investasi. Ada yang menyarankan membeli tanah, rumah, menyimpan emas, membuka deposito, membeli polis asuransi, sampai yang menawarkan bisnis. Alhasil, saya bingung sendiri. Beberapa minggu ini saya kerap berpikir tentang investasi terbaik untuk pemula seperti saya. Seandainya impian keliling dunia terwujud, saya pasti membutuhkan dana yang sangat besar.

Tahu sendiri bagaimana nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, atau biaya yang harus dikeluarkan untuk visa, asuransi, tiket, dan modal ketika petualangan saya selesai. Anggaplah saya diizinkan mengambil cuti tanpa digaji selama setahun. Selama itu pula saya hanya mengandalkan tabungan. Begitu pulang, saya harus mengumpulkan pundi-pundi dari awal lagi. Inilah yang sedang saya renungkan. Apakah perjalanan panjang akan mempertemukan saya dengan kebahagiaan yang saya cari, lalu uang akan datang dengan sendirinya? Apakah saya akan bekerja setiap hari tanpa rehat, demi mengejar ketertinggalan selama setahun? Bisa mati muda saya dibuatnya.

Entahlah. Dalam masa galau ini, seorang teman bercerita tentang investasi berupa asuransi di Commonwealth Life. Dari awal saya sudah menunjukkan sikap defensif, karena entah kenapa saya selalu meragukan cara kaya seperti ini. Tapi mencoba cara lain saya juga tidak berani. Perlahan, saya mempelajari Commonwealth Life yang ternyata telah melayani nasabahnya dari tahun 1992. Bisa bertahan selama ini, pasti profesionalisme dan kinerjanya telah teruji. Saham terbesar dimiliki oleh Grup Commonwealth Bank of Australia (CBA) yang merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa keuangan terkemuka, menguasai industri perbankan dan asuransi di Australia.

Prestasi yang diterima Commonwealth Life, di antaranya meraih 15th Corporate Image Award 2015 versi majalah Tempo dan Frontier Consulting Group untuk kategori asuransi jiwa menengah dengan aset < Rp 10 triliun; predikat The Best Call Center versi Majalah Service Excellence dan Center for Customer Satisfaction & Loyalty (Carre-CCSL); dan sebagai Asuransi Jiwa Terbaik pada kategorinya oleh majalah Media Asuransi, Investor dan Infobank. Pencapaian ini seiring dengan visi dan misi perusahaan untuk menjadi yang terbaik dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan finansial bisnis dan masyarakat. Commonwealth Life terus mengembangkan produk dan layanannya dengan menambah jaringan di lebih dari 20 kota besar dan lebih dari 5.000 agen di seluruh Indonesia, yang melayani lebih dari 500 ribu nasabah. Tak ketinggalan, Commonwealth Life juga merupakan perusahaan asuransi jiwa yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Gambaran di atas cukup membuat saya tergelitik untuk mengetahui produk-produknya lebih lanjut. Program Investra Titanium menarik minat saya. Ini memadukan asuransi jiwa dan pertumbuhan investasi yang optimal, dan memberikan berbagai pilihan perlindungan bagi individu dan keluarga. Keuntungan dari program ini adalah alokasi investasi yang lebih besar sejak polis mulai berlaku. Selain itu, Investra Titanium memberikan perlindungan asuransi jiwa seumur hidup sampai dengan usia 99 tahun dengan manfaat sebesar 100% Uang Pertanggungan dan Nilai Investasi (jika ada). Melalui Investra Titanium, tertanggung (nasabah) dapat merancang masa depannya dengan persiapan dana pendidikan, dana di hari tua, dan akumulasi pertumbuhan dana, sekaligus perlindungan kekayaan.

Menariknya, apabila tertanggung menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan (terminal illness), maka 50% uang pertanggungan akan dibayarkan lebih awal. Amit-amit, sih, ya, kalau sampai tertimpa penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Untuk saya yang berencana keliling dunia, selain membeli produk asuransinya, saya juga tergoda memilih WWAP sebagai pilihan asuransi tambahan dengan proteksi yang lengkap. Asuransi ini memberikan layanan darurat medis di seluruh dunia dan layanan ambulan darat lokal bila mengalami sakit akibat kecelakaan atau sakit saat bepergian dari kota tempat tinggal. Lebih jauh, setelah melakukan perjalanan demi mewujudkan impian, mungkin saya tidak tertarik untuk melanjutkan karir sebagai pegawai kantoran. Saya ingin membuka usaha sendiri, sesuai tuntunan hati. Inilah gunanya investasi. Hidup terjamin dan tenang di masa depan. 

Sumber: http://www.kompasiana.com/latest
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: