\"Buanglah Sampah Pada Tempatnya\"

Author : Aries Musnandar | Sabtu, 29 Maret 2014 09:36 WIB

Perilaku Membuang Sampah Sembarangan

oleh Aries Musnandar*)

Di ruang publik baik di terminal, pasar, perkantoran, pusat perbelanjaan bahkan di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas kerap kita temukan rambu atau tulisan yang berbunyi "buanglah sampah pada tempatnya" sebagai bentuk ajakan sekaligus sebenarnya perintah agar kita membuang sampah tidak sembarangan. Meski tulisan tersebut terpampang dalam jumlah cukup banyak dan ditulis cukup besar tapi masih sering kita saksikan ajakan itu tidak dipedulikan banyak warga masyarakat. Sayangnya walau para guru selalu mengingatkan murid-muridnya agar membuat sampah pada tempatnya, namun perilaku ini belum menjadi kebiasaan banyak murid, sehingga apabila tidak diperhatikan gurunya sang murid masih ada saja yang mengabaikan instruksi guru tersebut.

Alhasil, manakala ditingkat sekolah dasar perilaku sederhana ini saja belum melekat pada diri anak didik kita secara merata dan masif, maka sudah bisa dibayangkan apa yang dilakukan terhadap sampah terutama sampah yang dihasilkannya di ruang-ruang publik. Kita pun menyaksikan sampah di jalan-jalan dan di berbagai ruang publik lainnya bertebaran, menumpuk meninggalkan kesan jorok, kumuh dan berantakan. Sering kita lihat perilaku buang sampah sembarangan dilakukan tidak hanya oleh mereka yang memiliki status sosial rendah atau masyarakat biasa tetapi juga ditunjukkan oleh mereka yang dianggap terdidik berstatus sosial tinggi.

Coba tengok di jalan raya tidak jarang kita temukan mereka yang memakai mobil mewah membuang sampah seenaknya saja ke jalan raya, kaca mobil ditrurunkan lalu huss keluarlah sampah kulit rambutan, tisu dan lain-lain dari dalam mobilnya tanpa peduli kebersihan dan aturan yang berlaku di ruang publik. Mereka tidak berpikir panjang bahwa perilaku membuang sampah sembarangan itu dalam jumlah dan waktu tertentu akhirnya akan mendatangkan musibah seperti banjir, macet, penyakit yang saling kait mengkait. "(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya (QS Ali Imran: 182)". Ayat ini dan beberapa ayat lain dalam al Quran jelas menunjukkan bahwa perlaku kita sendirilah yang dapat mencelakakan kita (umat manusia).

Banyak kejadian musibah dan bencana yang datang disebabkan oleh perangai manusia yang tidak mematuhi perintah dan larangan Allah. Meski mereka mengaku Muslim tetapi keimanannya baru semata-mata verbal atau dibinir saja belum merasap kedalam qolbu yang membentuk perilaku orang-orang bertaqwa. Seorang bertaqwa selalu berhati-hati atas perilaku yang dibuatnya karena khawatir salah dan menyalahi ketentuan Allah.

Perilaku membuang sampah sembarangan paling tidak dapat diteropong dalam empat hal pokok. Pertama, proses pembelajaran di lembaga pendidikan formal terkait persoalan sampah tidak dilakukan secara baik dan benar. Sub topik membuang sampah pada tempatnya apabila ditilik dari ilmu pendidikan merupakan kajian integratif mulai dari koginitif tingkat menengah, hingga afeksi tingkat tinggi. Agar perilaku membuang sampah pada tempatnya bisa membentuk nilai dalam dirinya (embedded value) maka serangkain kegiatan mesti dilakukan. Pembelajaran ini tidak bisa hanya dengan kata-kata (kognitif level rendah) tetapi anak diajak bertafakur, merenung dan mengambil hikmah (kognitif tingkat tinggi) dari suatu topik yang diajukan, lalu pada fase selanjutnya anak didik diarahkan dalam kegiatan yang membentuk nilai (afeksi) untuk kemudian secara sadar mengambil makna pentingnya suatu perilaku untuk dijadikan habit dan melekat pada dirinya sehari-hari (afeksi tingkat tinggi).

Dengan demikian untuk membelajarkan anak didik terhadap betapa pentingnya membuang sampah pada tempatnya memerlukan upaya sungguh-sungguh (extra effort) dari para guru. Penanaman nilai dan membiasakan anak didik menjalankan nilai tersebut harus melalui proses panjang, teratur, konsisten (istiqomah), sistemik dan sistematik. Tanpa memerhatikan hal-hal tersebut sulit mendapatkan anak didik patuh pada konsep membuang sampah pada tempatnya. Guru ntidak boleh hanya sebatas kata-kata saja dalam mengajarkan hal ini, tetapi juga memberikan contoh, membangkitkan motivasi serta menyadarkan anak didik dikaitkan dengan keimanan (Islam). Sehingga proses yang dilakukan dalam pembelajaran ini komprehensif dan terintegrasi.

Kedua, pengejawantahan nilai-nilai yang telah dibiasakan dalam diri anak didik mesti sepanjang masa. Ketika anak didik berada di luar tembok persekolahan atau di lingkungan keluarga, nilai-nilai ini patut juga disosialisasikan. Jika  tidak, maka hasil pembelajaran di sekolah akan terkikis dan bisa meluntur sehingga dikhawatirkan perilaku yang sudah terbentuk di sekolah bisa kalah pengaruh dari lingkungan keluarga. Oleh karena itu kompnen-komponen yang berada disekitar anak didik kita di lingkuang keluarga itu perlu juga dilibatkan dalam mewujudkan berbagai perilaku yang bersifat muamalah. Program-program kebersamaan antara orangtua (ortu), murid dan pihaks ekolah perlu runtin  dilakukan. Kedekatan para stakeholder sekolah dalam menunjang keberhasilan tujuan pendidikan sudah selayaknya diseleggarakan secara teratur dan penuh kekeluargaan.

Ketiga, peran masyarakat dibutuhkan dalam membentuk perilaku warga masyarakat termasuk anak-anak sekolah. Aturan dan penegakan aturan oleh pihak yang berwenang menjadi inti dari keberhasilan perilaku sosial warga masyarakat di ruang-ruang publik (public sphere). Oleh karena itu pendekatan huikum yang konsisten, ajeg, tanpa tebang pilih menjadi hal yang penting. Perilaku membuang sampah sembarangan merupakan perbuatan bisa dianggap perbuatan melanggar hukum oleh karenanya dapat dituntut secara hukum. Sosialisasi peraturan dan penegakan hukum dilakukan tiada henti terus menerus dengan berbagai contoh edukatif berisaft pencegahan sehingga warga masyarakat mengerti dan paham akan arti penting membuang sampah pada tempatnya.

Keempat, pembelajaran agama yang menukik ke persoalan nyata (social context). Selama ini kita menyaksikan pembelajaran agama baik yang disekolah biasa maupunmadrasah sarat dengan kegiatan bersifat "drilling and retention", hafalan atau hanya memenuhi kognis tingkat rendah sang murid. Pembelajaran agama mesti menyeluruh terkait dengan muamalah karena ajaran Islam memuat banyak kegiatan muamalah. Oleh karena itu mesti ada rangkaian terintegrasi antara keimanan, kesilaman murid dengan perilaku muamalah mereka. Ajaran Islam tidak memisahkan keduanya sebagai bagian yang sendiiri-sendiri tetapi merupakan satu eksatuan tak terpisahkan (kaffah). Muhammad SAW diutus sebagai Rasulullah adalah iuntuk menyempurnakan perilaku (budi pekerti, akhlak) manusia (al Hadist). Sehingag dengan demikian membuang sampah pada tempatnya merupakan bagian dari ajaran Islam membentuk perilaku terpuji umatnya. Oleh karena itu sebagai Muslim hendaknya kita membuang sampah pada tempatnya, janganlah membuang sampah sembarangan. 

*) Pemerhati Pendidikan dan Karakter Bangsa

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: