buat siswa pandai Bertelor

Author : atenSsuharto | Jum'at, 06 Juni 2014 10:45 WIB

Tujuan akhir suatu pembelajaran adalah agar siswa menelorkan sesuatu apakah benda, sistem, dsb, tentunya setelah melakukan proses panjang yang dimulai dari pengamatan mendalam tentang sesuatu, keadaan, masalah, mengurai sebab akibat, dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dengan cermat, mencari ide, gagasan untuk perbaikan, peningkatan, diuji coba berulang,  diikuti, diamati proses dan hasilnya, akhirnya terwujud suatu produk sendiri, orisinil.

Pendidikan tidak sempurna rasanya jika akhirnya siswa hanya pandai bergaya, berkotek, berbicara, menjawab pertanyaan, tentang sesuatu hasil orang lain, apakah benda, pandangan, teori dsb. Bangsa di luar sana ternyata tidak kagum dengan berita jakarta akan punya MRT, karena mereka tahu semuanya hasil membeli, bukan buatan bangsa ini, mereka tidak biasa berbangga dengan hanya menonton, menikmati, tapi baru bangga jika berhasil memproduksi.  Ternyata mereka berdecak kagum saat mendengar anak-anak di desa bermain dengan mainan mobil buatan sendiri dari kulit jeruk bali atau pelepah daun pisang, sangat kreativ untuk ukuran anak kecil, juga melihat kereta api buatan tehnisi PJKA, yang melintas dengan gagah, kereta rel commuter Jokolelono, jakarta, dan kereta Menoreh jakarta-semarang, juga melihat  persawahan bertingkat di lereng bukit, dan banyak lagi buatan orisinil bangsa ini.

Muhammadiyah dimasa lalu pernah menjadi perhatian semua bangsa, mempunyai sistem pendidikan yang revolosiuner saat itu, menjadi acuan banyak bangsa, walau saat itu minim sumber daya dan dihantui banyak tekanan.

Muhammadiyah dirancang, dilahirkan, bukan untuk masa lalu, tapi untuk masa kini dan masa depan. Mudahan tak lagi terjebak pada kotekan olah kata indah kurikulum, visi, misi. Banyak contoh nyata, kata indah visi misi, dicetak indah, dipigura warna emas, diletakkan ditempat paling terhormat, membuat kagum semua yang yang melihatnya, tetapi kenyatannya  realisasinya tak sejalan, bahkan jauh berbeda, menyimpang, semua mencibir.

Saat ini perilaku bangsa kita telah bergeser jauh dari perilaku normal universal. Salah satu contoh pada pertandingan bola, penonton yang mustinya hanya menonton, menikmati, memberi aplus pada semua, malah berkubu, tidak tertarik lagi pada permainan cantik, sportif, fokusnya hanya pada output, hasil akhir, jagoannya harus menang, tak peduli prosesnya, cara mainnya, kotorpun jadilah, pekik teriakan keras kata-kata “sengkat, sikut aja, injak, patahin kakinya!” sudah biasa, miris, layaknya seperti zaman barbar kekaisaran Roma dahulu, pertandingan gladiator, penonton puas jika salah satu petanding berlumuran darah, apalagi jika tewas. Banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Semoga Muhammadiyah tidak ikut larut pada perputaran arus perilaku menyimpang bangsa ini, kembali menemukan jatidirinya, menjadi terdepan dalam pendidikan, mengkoreksi sistem yang ada, menjadi acuan bagi semua, seperti tercermin dari pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsudin, MA, di depan lebih dari 5.500 guru Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah se-Jawa Timur dalam "Rembuk Nasional Pendidikan Muhammadiyah Menghadapi Kurikulum 2013" di UMM Dome, Sabtu (16/02).

Ayo buat siswa bertelor, jangan biarkan mereka hanya pandai menonton, bersolek, berkotek. 

As140606 (//atensuharto.wordpress.com)

 

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: