Eforia Pemilihan Presiden (Bagian 5): Quick Count vs Real Count

Author : Aries Musnandar | Senin, 25 Agustus 2014 09:55 WIB

Distribusi sampling juga merupakan bagian penting yang patut diperhatikan mengingat lokasi di Indonesia terbilang sulit terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau baik karena memang terpencil maupun memang infrastruktur belum tersedia secara baik. Kondisi semacam tidak jarang kita temuai di Indonesia. Disamping itu juga ada persoalan non sampling yang dapat mengakibatkan data yang diperoleh kurang akurat. Kekeliruan petugas dilapangan dalam mengelola data yang masuk juga merupakan bagian dari human error yang kerap terjadi dalam peneltian sosial dilapangan. Dalam penelitian sosial berbagai perbedaan antara prediksi dan kenyataan sesungguhnya bukan merupakan hal yang mustahil bahkan keniscayaan yang lebih besar dibandingkan penelitian ilmu pengetahuan alam (natural sciences).

Lebih lanjut lagi jika hasil quick count antara lembaga survei ternyata berbeda-beada namun dalam rentang yang masih bisa dimaklumi, maka bisa jadi hasil real count nanti tidak beda jauh dari quick count. Hanya saja karena hasil quick count dari lembaga-lembaga survei  yang memenangkan satu Capres tertentu tidak terlalu besar dibandingkan lembaga-lembaga sejenis yang memenangkan kandidat Capres lainnya, sehingga sangat sulit untuk terlebih dahulu mengklaim Capres yang didukungnyalah yang akan jadi Presiden. Oleh karena itu saya kira sangat arif dan mendidik jika semua kubu Capres Cawapres pada Pilpres kali ini tidak saling mengklaim kemenangan.

Dalam konteks ini saya kira kita mesti bersikap lebih dewasa lagi dalam menerima hasil-hasil hitung cepat. Sebagai warga Negara yang baik seharusnya setelah melihat hasil hitung cepat yang begitu ketat tidak melalukan sleebrasi kemenangan atau bertindak, berucap dan berperilaku yang mengesankan seolah-olah sudah final 100% menang. Dilayar kaca dan melalui pemberitaan media massa dan sosial media kita banyak menyaksikan perilaku yang beranggapan kubu mereka telah menang yang dilakukan tidak hanya oleh para pendudukngnya bahkan sang calon Presiden itu sendiri bersaikap seolah-olah sudah menang. Maka muncullah ungkapan menyesatkan yang mengatakan jikalau hasil KPU berbeda dengan mereka maka itu berarti KPU salah. Sungguh mengerikan dan picik pernyataan seperti ini. Seolah-olah mereka sudah menjadi pengambil keputusan sejati, mengambil wewenang Tuhan. Naudzhubillah mindzhalik.

 

<p style="\\"text-align:" justify;\\"=""> Apabila perilaku diatas dilakukan oleh kubu Capres dalam menyikapi hasil quick count sungguh hal ini bukan pendidikan politik yang baik. Quick count tetap sebagai hitung cepat yang berbeda dengan real count yang merupakan hasil hitungan sesungguhnya. Jadi, mari kita tunggu saja keputusan resmi KPU dari real count penghitungan manual yang sebenarnya.  Wallahu\\\\'alam.

Sumber:
http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4845:eforia-pemilihan-presiden-bagian-5-quick-count-vs-real-count&catid=35:artikel&Itemid=210

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: