Gambar: Republika.co.id
Tak kurang pula, para asisten rumah tangga ini “nekad” keluar rumah lantaran beban ekonomi yang teramat berat untuk dihadapi. Semua bukan karena kebetulan saja, akan tetapi karena tuntutan hidup yang semestinya dipenuhi. Selain godaan ekonomi yang terlalu sulit, ada pula karena godaan gengsi tatkala di sekitarnya berdiri gedung-gedung mewah kerja keras dari PRT.
Itulah sebagian dari persoalan asisten rumah tangga. Seorang PRT yang mengadu nasib di negeri sendiri atau di negeri orang dengan resiko gaji mereka tidak dibayar sepenuhnya dengan alasan pemotongan gaji, atau lebih menyedihkan dari itu, mereka mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh dari majikan.
Akan tetapi, berbeda dengan impian Pak Bohlam, karena keinginannya bukan menjadi petani, maka merantaulah ke kampung tetangga. Tak ayal, kehidupannya seperti kaum urban kebanyakan. Tak jelas status akhirnya pekerjaan sebagai sopir menjadi. Dan akhirnya menikahlah Pak Bohlam dengan Ibu Melati.
Meski tanpa uang pangkal, sang istri akhirnya berangkat ke negeri Taiwan, hingga bertahun-tahun. Tak terasa, sudah hampir empat tahun sang suami menjadi “duda jadi-jadian” seperti bujangan lagi tetapi masih memiliki istri. Istri yang merantau di negeri orang.
Namun, kekuatan iman tidak semua orang sama ketika harus berpisah dengan istrinya. Dengan jujur beliau pun menceritakan bahwa dirinya tak mampu tidur dalam kesepian. Acapkali merindukan istrinya, maka beliaupun harus mencari wanita demi memperturutkan hasrat kelelakian.
Meskipun suami tak pernah jujur terkait permainan sang suami, namun karena keinginan untuk mencari materi yang lebih di negeri orang, istripun berusaha meyakini bahwa sang suami adalah pria yang jujur. Dan sang istripun tetap menunjukkan aura bahagia meskipun harus bekerja 24 jam di negeri orang.
Itulah fenomena yang sampai saat ini Pak Bohlam rasakan, dengan harapan penghasilan yang tinggi dan kehidupan yang memadai, beliau merelakan istrinya meninggalkannya menjadi asisten rumah tangga, menjadi PRT di negeri orang demi sebuah materi. Dan dirinya harus terperosok ke dunia hitam, dunia pelampiasan hasrat karena ketiadaan istrinya di sisi.
Melihat fenomena asisten rumah tangga dan resiko bagi kehidupan rumah tangga sepertinya sudah bukan rahasia umum. Jika beruntung maka para PRT tersebut mendapatkan majikan yang amat baik dan mereka menghargai para asisten rumah tangga mereka. Namun, keadaan akan berubah drastis jika hubungan keduanya tidak sebaik yang diharapkan. Masih beruntung jika tak berujung maut, karena kebanyakan para asisten rumah tangga ini mendapatkan perlakuan tak senonoh.
Maka, acapkali beberapa media menayangkan sosok TKI yang mengalami kerusakan fisik akibat kekerasan dan adapula yang harus “maaf ” hamil di luar nikah karena kekerasan seksual dari majikannya.
<p style="\\"color:" rgb(0,="" 0,="" 0);="" font-family:="" arial,="" helvetica,="" sans-serif;="" font-size:="" medium;="" text-align:="" justify;\\"=""> Namun, meskipun sederet kekerasan seksual dan fisik masih saja siap-siap menimpa para asisten rumah tangga ini, mereka para pekerja, tetap saja memaksakan diri untuk merantau demi kehidupan “mewah” yang mereka impi-impikan. Semua tanpa alasan karena sulitnya mendapatkan kehidupan yang layak di negeri sendiri.</p> <p></p>