Hidup dalam Persuasi Media

Author : Mochamad Rofik | Selasa, 26 Mei 2015 09:33 WIB
Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa yang mereka lihat dari media. Teori ini sendiri menekankan pengaruh televisi secara khusus dalam proses imitasi tersebut. Sebagai contoh, ketika suatu acara di televisi menampilkan seorang preman yang akhirnya ditangkap polisi, karena melakukan tindakan kriminal, masyarakat yang menontonnya akan berusaha untuk tidak meniru apa yang telah dilakukan oleh preman tersebu. Secara umum, semakin dekat apa yang kita saksikan dilayar televisi dengan karakter diri yang kita percayai, maka semakin dekat pula kita dengan proses imitasi tersebut.

    Teori pembelajaran sosial dalam dalam artian sederhana memberikan penjelasan jika individu akan cenderung meniru apa yang mereka lihat di televisi. Hal yang perlu kita cermati sekarang bagaimana dengan program-program televisi di Indonesia? dengan mengambil sudut pandang dari teori pembelajaran sosial kita bisa simpulkan jika apa yang mereka lihat dan saksikan di layar kaca kemungkinan besar akan mereka tiru dalam kehidupan nyata. Fenomena seperti ini tentu sangat menghawatirkan jika tontonan yang diberikan stasiun televisi berbeda jauh dengan cita-cita media secara umum untuk memberikan tontonan sekaligus tuntunan.

    Melihat teori jarum suntik. Perang antara Amerika Serikat dengan Spanyol pada tahun 1898 adalah perang yang didorong oleh koran yang diterbitkan oleh William Randolph Hearst. Koran tersebut memberitakan tenggelamnya kapal perang Amerika Serikat yang bernama Maine, di Havana Harbor yang dalam laporan surat kabar tersebut disebutkan merupakan ulah tentara Spanyol dengan sangat besar dan terkesan berlebihan, sehingga perang tidak dapat terhindarkan (Selanjutnya ditemukan bahwa tenggelamnya kapal perang Amerika Serikat tersebut bukanlah karena serangan tentara Spanyol). Dari contoh diatas dapat dilihat begitu kuatnya media dalam mendorong perubahan pikiran manusia, dengan dampak dan proses yang begitu hebat sepeti jarum suntik (hypodermic) maupun peluru yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Contoh yang lebih jelas lagi ialah pidato yang dilakukan oleh pemimpin Nazi, Adolf Hitler, melalui radio publik, yang akhirnya menjadi faktor vital memulai Holocaust di Perang Dunia Ke II. Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana persuasi yang datang dari media memegang peran penting dalam, mengubah cara manusia berpikir, bertindak, maupun berperilaku.

    Peran media massa yang begitu besar akan memberikan keuntungan sekaligus ancaman terhadap pembangunan bangsa kedepan. Disaat masa-masa sulit media harus tetap kritis terhadap rezim pemerintah yang sedang berkuasa dengan tidak mengesampingkan semangat optimisme. Hal ini menjadi penting karena media adalah pilar demokrasi ke empat, sehingga perannya dalam mengawal pemerintahan sangat diperlukan.
 
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: