Identitas Diri Dan Pakaian Nasional

Author : Aries Musnandar | Selasa, 09 Desember 2014 11:00 WIB

http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5020:identitas-diri-dan-pakaian-nasional&catid=35:artikel&Itemid=210

 

(Surat pembaca diambil dari Kompas tanggal 03 Desember 2014).

Ketika Presiden Joko Widodo melantik para pembantunya, yaitu menteri dan pejabat lainnya, saya salut dan bangga karena mereka diminta memakai pakaian nasional: batik! Namun, kebanggaan terkait hal ini mendadak luntur ketika pada pertemuan bilateral dengan Amerika Serikat di sela-sela sidang APEC, Jokowi dan para menterinya mengenakan dasi, dan jas eksklusifnya. Mereka sepertinya tidak mau kalah dengan mitra dialognya, Obama bersama para pembantunya.

Tampak tidak ada perbedaan dari cara berpakaian kedua delegasi yang sesungguhnya berbeda budaya dan tradisi. Namun, pada pertemuan yang disorot kamera TV itu, kedua delegasi ibarat satu budaya dan satu tradisi.

Kita lupa dengan kebudayaan nasional, minimal dalam cara berpakaian khas Indonesia berupa batik dan kebaya. Seharusnya kita bangga batik telah dikenal di mancanegara. Bahkan, mendiang Nelson Mandela sangat suka mengenakan batik jika bertemu dengan pimpinan negara asing. Sementara pejabat kita seolah tidak percaya diri jika mengenakan batik di forum internasional.

 

ARIES MUSNANDAR Jalan Bunga Srigading Dalam, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur 

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: