…”Earn your success based on service to others, not at the expense of others”…
~H. Jackson Brown, Jr
Pemilihan Umum (PEMILU) 2014 belumlah usai, masih ada tahapan Pemilihan Presiden (PILPRES) yang akan berlangsung tidak lama lagi. Para capres dan partai-partai politik yang ada saat ini sedang sibuk membangun komunikasi politik antara satu dengan yang lain untuk berkoalisi dalam usung-mengusung capres. Tak jarang manuver-manuver dan juga isu-isu negatif dilancarkan untuk menyerang satu sama lain.
Beberapa nama bakal calon (balon) Presiden yang siap maju pada PILPRES 2014 telah bermunculan. Beberapa diantaranya bahkan telah dengan percaya diri mendeklarasikan dirinya sebagai calon Presiden. Nama-nama yang telah mendeklarasikan diri tersebut antara lain: Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Wiranto. Dua nama yang menempati peringkat teratas dan selalu bersaing di berbagai lembaga survey elektabilitas capres adalah Joko Widodo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) dan Prabowo Subianto dari partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA). Sedangkan Wiranto yang rencananya berpasangan dengan bos MNC group, Harry Tanusudibyo sepertinya mengalami kesulitan untuk maju pada PILPRES mendatang, dikarenakan partainya (HANURA) hanya mendapatkan suara sebesar 5,20% (versireal count), sehingga harus berkoalisi dengan partai lain.
Tampaknya kita perlu melihat kembali ke belakang. Sejak Reformasi bergulir masyarakat Indonesia sering dipertontonkan perilaku-perilaku tidak terpuji dan tidak bertanggung jawabnya para pejabat negara. Mulai dari praktek-praktek korupsi, suap, pencucian uang yang merugikan Negara, hingga berbagai kebijakan-kebijakan yang tidak pro-rakyat yang akhirnya merugikan rakyat sendiri, entah itu dengan penggusuran-pengusuran paksa tanpa kompromi, kenaikan harga BBM dan lain sebagainya.
Potret-potret ini hampir setiap hari telah mendominasi pemberitan media-media di Indonesia, baik media cetak maupun elektronik. Inilah yang disebut era keterbukaan itu, ketika sebelumnya di masa Orde Baru, media selalu dibungkam oleh rezim Soeharto, sehingga informasi-informasi seperti ini sulit kita dapatkan oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Melihat potret-potret diatas tadi, agaknya ada semacam keresahan sebagian masyarakat Indonesia (termasuk saya) akan nasib bangsa kedepan setelah pemilu 2014 ini usai. Dimana, PEMILU diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang benar-benar memperjuangkan nasib rakyat dan bangsa Indonesia agar lepas dari keterpurukan, ternyata malah sebaliknya menghasilkan orang-orang yang semakin menambah penderitaan rakyat. Tak heran jika sebagian masyarakat kita cenderung skeptis ketika akan dilaksanakan PEMILU, yang mengakibatkan meningkatnya angka GOLPUT pada setiap PEMILU berlangsung.
Banyak orang mengatakan bahwa PILPRES 2014 adalah pertarungan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Silahkan saja jika ada yang berasumsi demikian, yang jelas kita semua berharap Presiden mendatang adalah orang yang harus (jika itu sebuah keharusan) mampu menata Indonesia dengan baik dan mengangkat Indonesia dari keterpurukan. Tentunya ia adalah seorang pemimpin yang visioner dan bisa memanusiakan manusia.
Presiden Visioner disini artinya memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan jauh kedepan. Ia tak ragu dalam mengambil keputusan, kreatif dalam membangun, mampu mengubah paradigma-paradigma lama menjadi paradigma baru, mampu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan siapapun, serta mampu mengolah kecerdasan spiritualitas, emosional, intelektualitas, raga, dan daya saing demi menata Indonesia. Ia adalah aksi dari sebuah visi dan bisa menjadi teladan bagi semua yang dipimpinnya.
Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh McLaughin (2001) ciri pemimpin visioner yaitu:
Tentunya pemimpin visioner tersebut merupakan sosok yang pro-perubahan. Yang mampu menata Indonesia menjadi lebih baik dan jauh dari praktek-praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme dan Konglomerasi yang selama ini menderitakan rakyat. Mampu menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, efektif dan efisien. Mewujudkan pembangunan Indonesia yang adil dan merata dari Sabang sampai Merauke, terutama dibidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur di daerah-daerah tertinggal yang selama ini masih hanya sekedar slogan-slogan diatas kertas.
Yang tak kalah penting juga Presiden mendatang harus mampu memanusiakan manusia dalam berbagai kebijakannya, serta mengutamakan kepentingan publik. Tegas namun tetap egaliter bukan otoriter. Adil, memandang manusia seutuhnya demi tercapainya sebuah peradaban bangsa yang unggul, memiliki kualitas manusia yang mampuni dan berdaya saing tinggi.
Namun, dari nama-nama calon presiden yang bermunculan saat ini, capres manakah yang memiliki kriteria diatas? Capres manakah yang memiliki visi pembangunan sesuai cita-cita para founding father demi terwujudnya mimpi-mimpi Indonesia? Mari kita bersama-sama mengotak-atik kembali jejak rekam capres-capres yang ada saat ini, agar Indonesia tidak jatuh ke lubang yang sama.
…“The word impossible is not in my dictionary”… ~Napoleon Bonaparte
OPTIMIS INDONESIA BISA! Sekian, salam…