JURNALISME ONLINE MENGESAMPINGKAN ETIKA DAN KODE ETIK JURNALISME

Author : Nindya Paramita | Sabtu, 05 April 2014 10:06 WIB

Sudah berapa lama Anda mengenal internet? Apakah Anda juga pengguna media sosialFacebook dan twitter? Perkembangan teknologi pun tidak dapat ditolak, tak perlu repot-repot ke warnet, dari handphone yang Anda miliki, Anda dapat mengakses berbagai macam informasi. Daritwitter misalnya sudah tersedia berita-berita dari portal online news yang disharekan di media jejaring sosial contohnya detikcom,TRIBUNews.com, Republika Online, kompas.com, Okezone.com, Tempointeraktif.com, vivanews.com.

Media massa memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan sebuah informasi berupa berita yang menarik. Mengungkap sebuah peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat, misalnya kasus pembunuhan, tindak kekerasan, bencana alam, investigasi (Siregar,1998:19). Wartawan sebagai pekerja media yang bertugas mengumpulkan informasi dan menyajikannya dalam bentuk berita menjadi bagian penting dalam media. Penyebaran berita dibantu oleh teknologi yang saat ini hadir memberikan kemudahan.

Perkembangan teknologi merangsang jurnalisme dalam proses kerjanya. Jurnalisme online sebagai produk baru atas perkembangan media dari jurnalisme konvensional baik itu cetak dalam bentuk koran, majalah dan elektronik dalam bentuk televisi dan radio. Unsur kecepatan menjadi sesuatu yang esensial dalam jurnalisme online. Salah satu yang menjadi puncak penemuan dalam teknologi informasi adalah multimedia. Secara fundamental, multimedia memungkinkan informasi itu dilihat, didengar, dan disentuh. Secara audio-visual tentu dengan sendirinya dan sudah menjadi sesuatu yang rutin, tapi lama kelamaan informasi itu malah bisa disentuh. Teknologi ini merevolusikannya dalam arti menaklukkan jarak dan dengan itu meningkatkan kecepatan (Oetama, 2001: 111).

Sejak tahun 1960an dan 1970an setiap survai menunjukkan bahwa kebanyakan orang Amerika mendapat berita pertama dari televisi dan radio mobil. Media siaran mengambil alih fungsi halaman muka surat kabar, kecuali berita-berita yang dikembangkan sendiri oleh surat kabar, yang tidak didapat di radio maupun televisi, seperti berita analisis, berita latar belakang atau komentar. Benturan hebat antara media cetak dan elektronik ini bertambah hebat lagi dengan munculnya internet. Melalui internet online journalism kita bisa menjelajah berita dengan kedalamannya tanpa batasan atau kendala ruang. Berita pun dapat menyebar luas dan bisa terus diperbaharui. Online journalism ini menerapkan annotative journalism: tinggal meng-klik suatu kata, kita bisa mendapatkan informasi sebanyak yang tersedia (Ishwara, 2005: 49).

Sejak era reformasi 1998 lalu, pertumbuhan media massa berbasis online yang lebih real time, berjalan amat pesat dan kini menjadi jawara industri media massa. Wajarlah, sejak awal tahun 2000-an semakin banyak surat kabar yang memiliki juga media online. Maksudnya, di samping memiliki surat kabar, mereka juga memilikinya dalam bentuk media online. Dulu pers selalu identik dengan paper based media, dengan waktu tunda antara proses produksi dan proses konsumsi informasi. Kalau asumsi ini tetap dipertahankan, pers akan ditinggalkan khalayak. Tuntutan kecepatan real time news meniscayakan perlahan tapi pasti pers harus mengganti format dan media distribusi informasinya dari menggunakan media konvensional menjadi media baru (internet).(dikutip darihttp://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/02/11/176781/Menjawab-Perubahan/ diakses Jumat, 28 Februari 2014 pukul 23:35)

Faktor mengejar kecepatan dan aktualitas dari jurnalisme online ini memiliki kecenderungan menjadi kurang akurat dan melupakan etika dan kode etik jurnalisme. Keakuratan ini diukur dari berita yang dibuat cover both sites, hal ini ditunjukkan dari narasumber. Dengan bantuan media jejaring sosial twitter dalam hitungan detik banyak informasi berita dari portal-portal news namun bagaimana dengan bahasa yang digunakan? Perlu dicermati dan diperhatikan dari judul-judul pemberitaan produk jurnalisme online ini. Mengambil contoh dari dua portal online news detik.com dan vivanews.com.

Media massa mengalami perubahan besar, perubahan terakhir dibawa the new media yang digital. Media baru berbentuk internet, website. Cirinya serentak, cepat, mengikuti, dan melaporkan perkembangan detik demi detik (Oetama, 2001:13). Informasi yang hadir detik demi detik dapat dilihat pada media jejaring sosial twitter. Media sosial menjadi sarana untuk berhubungan dengan pihak lain secara lebih cepat. Portal berita gencar memberikan berita-beritanya di media jejaring sosial twitter melalui akun twitter media tersebut.

Persaingan dari media-media portal berita yang berlomba-lomba menyajikan berita, tuntutan untuk segera menyiarkan berita. Akurasi dan etika menjadi kurang diperhatikan. Namun, bagaimana dengan berita-berita yang dituliskan oleh media online yang mengejar kecepatan pemberitaan ataurealtime. Dalam modul yang dituliskan oleh Yohanes Widodo menyoal tentang etika jurnalisme online dipaparkan bahwa jurnalisme online yang mengejar kecepatan dan mengesampingkan etika penulisan jurnalisme online. Pada dasarnya kode etik dan etika jurnalisme konvensional dan jurnalisme online tidak ada perbedaan. Menjaga kredibilitas, independensi, dan keakuratan berdasarkan etika dan kode etik jurnalisme. Memang belum dijelaskan dan ditetapkan secara pasti peraturan mengenai jurnalisme online. Membuktikan mengenai persoalan jurnalisme online yang mengejar kecepatan dan mengesampingkan kode etik dan etika jurnalisme, ditemukan beberapa judul berita yang ada pada portal berita di media jejaring sosial twitter.

Pada portal berita detik.com pada judul sebuah berita dituliskan “Setelah Dirampok Dedih Dibuang di Tol dalam Kondisi Bugil.” Menurut Kode etik jurnalistik dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada pasal 3 disebutkan “Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan memutar balik fakta, bersifat fitnah, cabul serta sensional.” Kata “bugil” digunakan sebagai kata untuk membuat sensasional. Teknologi bukanlah segala-galanya walaupun mengejar realtime­nya akan tetapi yang menjadi bagian penting juga yang memegang kemudi yaitu wartawan. Untuk berita yang menjual menggunakan kata-kata yang sensasional dan cabul.

Pada portal berita vivanews.com dituliskan judul “Berbikini saat selfie Kim Kardashian Diserang Gajah.” Apakah “berbikini” perlu dituliskan sebagai judul berita? Hanya karena berbikini menjadi berita yang perlu diketahui oleh masyarakat luas. Terkadang informasi yang diberitakan adalah informasi yang sebenarnya tidak perlu diketahui oleh masyarakat luas. Memang benar, adanya media online banyak sekali informasi yang dapat diketahui, akan tetapi bukan berarti bahwa tidak setiap informasi itu diberitakan terlebih hak privasi seseorang. Pada kode etik jurnalsme online yang dikemukakan oleh Nicholas Johnson mantan Komisioner Komisi Komunikasi Amerika Serikat memberikan catatan hal-hal mendasar dalam jurnalisme online pertama, dilarang menyerang kepentingan individu, pencemaran nama baik, pembunuhan karakter atau reputasi seseorang. Dari judul berita di portal vivanews.com ini, membuat dampak yang tidak baik mengenai reputasi seseorang, oleh karena berbikini saat selfie dan terjadi serangan gajah. Memang karena kebutuhan informasi namun bukan berarti wartawan membuat berita yang sebenarnya tidak perlu diberitakan kepada khalayak terlebih merusak reputasi seseorang.

Michelle Johnson, copy editor The Stamford (conn) Advocate (Ishwara, 2005:47) mengatakan, revolusi digital dalam jurnalisme online tidak serevolusioner bila dilihat dari perilaku pembaca. Para ahli mengatakan bahwa kunci keberhasilan pada jurnalisme online adalah sama dengan kata-kata berita dengan berita tradisional, yaitu akurasi, penulisan yang baik dan dorongan untuk berinovasi.

Sumber: http://media.kompasiana.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: