Di sekolah-sekolah Indonesia matapelajaran bahasa Inggris sudah lama diajarkan bahkan banyak lembaga pendidikan usia dini dan taman kanak-kanak (TK) yang sudah mulai mengajarkan matapelajaran Bahasa Inggris. Ketika saya sekolah pelajaran Bahasa Inggris baru diperoleh pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan dilanjutkan di sekolah menengah atas (SMA) bahkan di perguruan tinggi pun pada awal-awal tahun perkuliahan juga diberikan matakuliah bahasa Inggris. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa para siswa dan mahasiswa meski sudah diajarkan bahasa Inggris bertahun-tahun tidak banyak yang mampu bercakap-cakap dan menulis dalam bahasa Inggris. Padahal mereka cukup lama belajar bahasa Inggris di SMP selama tiga tahun demikian pula di SMA, ditambah lagi ditingkat perguruan tinggi, sehingga seorang lulusan perguruan tinggi telah belajar bahasa Inggris tidak kurang dari tujuh tahun lamanya. Hanya sayang, para sarjana tersebut amat jarang yang mampu membuat karya tulis dalam bahasa Inggris yang baik sehingga dapat dimuat di jurnal ilmiah atau pun ke media-media massa berbahasa Inggris. Dengan demikian timbul pertanyaan, mengapa pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi belum efektif untuk mengantarkan para siswa dan mahasiswanya mampu mengusai bahasa Inggris secara aktif baik lisan maupun tulisan? Dalam sistem pengajaran klasikal tradisional yang diterapkan di Indonesia kemampuan guru menjadi faktor utama keberhasilan suatu kegiatan pengajaran. Guru piawai akan mampu mengantarkan anak didiknya menjadi piawai pula dalam menguasai matapelajaran yang diajarkan. Penguasaan bahasa Inggris siswa dan mahasiswa akan dapat terlihat apabila dipraktekkan misalnya mampu bercakap-cakap dan menulis. Oleh karena itu kecakapan mendengar dan mampu mengutarakan pendapat (listening and presentation skills) mestinya menjadi bagian penting dalam penyampaian matapelajaran oleh para guru untuk meningkatkan kemampuan bercakap-cakap para siswa dengan mengunakan bahasa Inggris. Demikian pula jikalau koita ingin meningkatkan kemampuan menulis siswa/mahasiswa maka guru harus melatih mereka memahami bacaan dan terampil dalam menghasilkan karya tulis (reading comprehension & writing skills). Kata-kata kunci untuk keberhasilan semua itu adalah latihan, latihan dan latihan! Saya yakinpara guru mengerti tentang hal tersebut, namun apa yang menjadi kendala sehingga tetap saja siswa dan mahasiwa kurang cakap dalam berbahasa Inggris? Bisa jadi salah satu antaranya adalah tidak tampak antusiasme guru/dosen untuk secara "ngotot" terus menerus dan berkesinambungan melatih siswa dan mahasiswanya menggunakan bahasa Inggris, alhasil kualitas siswa dan mahasiswa kita dalam menghasilkan karya tulis berbahasa Inggris masih jauh dari harapan. Ketika masih siswa dan mahasiswa saya pun mengalami keterbatasan yang muncul dalam pengajaran bahasa Inggris mulai dari keterbatasan waktu latihan, hingga keterbatasan kualitas guru dalam berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. Dengan kondisi seperti ini konsekuensinya kualitas siswa dan mahasiswa dalam berbahasa Inggris juga terbatas. Guru tampak terpaku pada kurikulum yang ditetapkan dengan kerap memberikan porsi teori, hafalan dan tes-tes obyektif, sementara porsi latihan yang merupakan bagian penting dalam belajar bahasa kurang banyak, sehingga hasil (achievement) yang diperoleh anak didik masih minimal. Oleh karena itu kiranya pihak pemangku kepentingan perlu menyikapi masalah lemahnya penguasaan bahasa Inggris para siswa dan mahasiswa ini secara sungguh-sungguh agar segera dibenahi dan diatasi segala masalah, kendala yang dihadapi. Belajar bahasa Asing khususnya bahasa Inggris bagi siswa/mahasiswa diperlukan untuk menggali ilmu pengetahuan yang ditulis dalam bahasa Inggris disamping tentunya mampu berkomunikasi di forum-forum internasional. Belajar bahasa Inggris tidak semata-mata hanya menguasai bahasanya tetapi juga perlu dilatih keberanian dan kecakapan dalam mempresntasikan karya-karya tulisnya di depan publik dan khalayak yang lebih luas. Dari titik ini maka kecakapan menyajikan pesan (presentation skills) juga penting untuk diajarkan pada anak didik kita. Kepiawaian berkomunikasi juga membutuhkan penguatan pada sisi-sisi kemampuan interaksi dengan orang lain (interpersonal skills) dan mengendalikan aspek dirinya (intra personal skills), sehingga belajar bahasa juga belajar bagaimana meningkatkan soft skills anak didik. Tentunya, sebelum melatih soft skills anak didik maka perlu dipastikan kualitas soft skills guru dan dosen juga berada dalam level yang mampu menularkan kecakapan-kecakapan tersebut kepada anak didiknya.