Kisah seorang anak yang berperilaku tertib

Author : Aries Musnandar | Kamis, 28 Agustus 2014 11:19 WIB

Kisah nyata yang menarik ini bisa dianggap sebagai pembelajaran bagi kita dalam upaya membentuk karakter anak-anak didik di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal di negeri ini. Ceritanya sebagai berikut. Kawan saya yang merupakan tetangga dekat rumah baru saja kembali dari Australia setelah sekian lama (kurang lebih empat tahun) bermukim disana dalam rangka menuntut ilmu. Ia beserta Istri dan beberapa anaknya diajak bermukim di Australia.

Selama disana anak terkecilnya sempat diikutsertakan program Early childhood education atau disini dikenal dengan istilah PAUD yang merupakan singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini. Kini kawan saya sekeluarga sudah kembali ke Malang kampung halamannya kembali bertetangga dengan saya. Anak bungsunya yang sekarang berusia sekitar 5 tahun telah bersosialisasi dan bermain-main ala anak-anak dengan kawan-kawan sebaya disekitar rumah. Ada hal menarik dalam konteks sang anak yang pernah mengenyam program PAUD Australia itu ketika berinteraksi dengan rekan seusianya. Saya perhatikan dia sangat disiplin dan ketika di masjid ia selalu mengingatkan rekan-rekannya untuk tidak berisik dan berlari-lari ketika sholat berjamaah sedang berlangsung. Sebagamana umumnya ia juga ikut berjamaah di masjid beserta anak seumurnya. Jikalau anak seumurnya itu kerap ribut dan mengganggu temannya, maka tidak demikian dengan anak kawan saya tersebut, ia cukup tertib tidak mengganggu jamaah lain bahkan dengan gerakan tangan ala orang Bule ia mengingatkan kawan-kawannya agar tidak melakukan tindakan yang mengganggu hikmatnya sholat berjamaah di masjid. Tentu saja perilakunya itu terbilang aneh dimata teman sepermainan, namun ia tak peduli tetap bergeming untuk terus mengingatkan temannya agar bersikap tenang dan santun dalam melaksanakan sholat berjamaah di masjid. 

Kejadian lain yang cukup menarik terkait anak tersebut adalah ketika ia melihat kawan-kawannya membuang kemasan plastik (sampah) makanan kecil  di jalanan. Lalu dengan sigap, tanpa banyak bicara ia langsung memungut sampah plastik dari kawan-kawannya untuk dibuang ditempat sampah. Oleh teman-temannya itu respon dan tindakan cepat tanggap sang anak ini dianggap aneh dan lucu sehingga mereka malah menambah sampak plastiknya itu dibuang di jalanan dengan maksud agar sampah-sampah itu dipungut si anak itu. Lalu, seraya tertawa-tawa dan mengejek seenaknya kawan-kawannya itu terus membuang sampah di jalanan sambil melihat aksi sang anak sukarela mengambil sampah-sampah untuk dimasukan ke tempat sampah yang tersedia. Peristiwa ini sungguh memerihatinkan dan tentu bukan lelucon dan jangan dianggap sepele justeru mesti ditanggapi serius oleh kita apalalgi bagi mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan. Sebaliknya saya menganggap perilaku anak-anak yang membuang sampah sembarangan sembari "mengerjai" kawannya itu merupakan persoalan tidak main-main yang bisa mendegradasi hasil pendidikan kita dan mendesak untuk dibahas dalam konteks pendidikan PAUD di negeri kita tercinta ini.

Kisah nyata ini secara terang benderang bisa mengnidikasikan hal-hal sebagai berikut. Pertama, bahwa pendidikan PAUD di Australia dan tertibnya lingkungan kehidupan disana ternyata sangat membekas kepada anak kawan saya ini sehingga dalam waktu yang relatif lama sifat-sifat baik masih menetap dan telah menjadi kebiasaannya dalam berinteraksi secara tertib dilingkungan sekitar. Kedua, ternyata pendidikan PAUD dan atau SD di negeri ini  belum mampu menjadikan anak didik menunjukkan contoh yang baik dalam ketertiban, sopan santun, perilaku baik dan empati terhadap orang lain beserta lingkungan. Ketiga, tampaknya guru di sekolah dan orang tua dirumah yang seharusnya menjadi model langsung bagi anak didik kita ini belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya sebagaimana yang diajarkan oleh nilai-nilai agama (Islam).

Kesimpulan, pertama saya merasakan bahwa model program PAUD perlu secara serius ditangani terutama dalam upaya menyediakan guru yang berkualitas. Kedua,oleh karena itu perlu adanya program pendidikan guru PAUD yang komprehensif terutama dalam upaya menjadikan anak atau peserta didik memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam karakter kepribadian Indonesia. Ketiga, pendidikan SD pun juga perlu diperhatikan terkait proses pendidikannya dan juga penyediaan guru-gurunya yang berkualitas. Hal ini karena tidak semua warga bisa ikut program PAUD karena berbagai keterbatasan sehingga mesti langsung ke jennjang SD sehingga program SD perlu dipersiapkan dengan baik. Keempat, sudah saatnya juga diadakan program parenting atau pendidikan luar sekolah yang melibatkan orang tua dalam upaya bersama guru membentuk karakter peserta didik kita. Wallahu al'am.

Sumber: https://www.facebook.com/groups/PaguyubanGuru.DosenIndonesia/permalink/937026386312495/?notif_t=group_post_approved

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: