Kolaborasi Mahasiswa dengan Perguruan Tinggi untuk Menuju Era Globalisasi

Author : Handri Yana | Rabu, 15 Oktober 2014 10:20 WIB

“Kejahatan terbesar di dunia bukanlah kemarahan atau kebencian tapi kemasabodohan”

Mahasiswa

Sebagian besar dari kitamungkin belum mengetahui apa pengeretian dari unsur kata mahasiswa. Kata “maha” disini bisa di pahami sebagai suatu harapan untuk menjadikan mahasiswa sebagai insan cendika yang terpelajar dimanapun mereka berada, dan tidak akan pernah merasa puas akan apa yang telah ia raih hingga akhir hayatnya. Dalam mencari ilmu pada dasarnya tidak hanya bersinggungan dengan akademik namun softskill, kemampuan berorganisasi, dan lifeskill di butuhkan untuk membentuk karakter dan jati diri sebagai seorang mahasiswa. Menyadari peran, posisi dan fungsi sebagai mahasiswa menjadi tuntutan mendasar karna pada dasarnya hal itu yang akan membuat mereka siap dengan tantangan masa yang akan datang. Upaya meningkatkan kapasitas diri serta membangun integritas akademik merupakan langkah-langkah yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan perannya sebagai pemimpin masa depan bangsa ini. Meski pada kenyataannya di balik ini semua hanya sedikit mahasiswa yang sadar akan tanggung jawabnya, sehingga dengan jumlah 3juta mahasiswa di Indonesia, mahasiswa hanyalah menjadi sebuah kamuflase untuk masa depan bangsa.

Idealisme Mahasiswa

Dewasa ini tidak sedikit mahasiswa masuk kedalam bagian ranah kekuasaan yang pada akhirnya mereka mempunyai andil untuk perebutan berbagai kekuasaan dan politik. Dari waktu ke waktu mereka terjebak dengan pola kerja dan tuntutan kekuasaan sehingga sering sekali terjadi sebuah paradoksantara idealisme dengan kepentingan. Idealisme mahasiswa seharusnyacondong ke arah perbaikan dan kemajuan sebuah negara dalam berbagai aspek. Lunturnya idealisme dan karakter mahasiswa tersebut bisa saja karena tidak dipersiapkannya kompetensi sebagai bekal mahasiswa dalam menghadapi persaingan global. Mahasiswa sudah seharusnya mencermati makna dari trisakti yang pernah disampaikan oleh presiden pertama RI yaitu sebagai inspirasi untuk mampu membangun kekuatan ekonomi, politik, dan sosial budaya sebagai karakter mahasiswa yang tidak tergoyahkan. Berdikari secara ekonomi bagi penulis adalah kekuatan untuk mampu mencapai kedaulatan politik, dan kepribadian sosial budaya. Dengan berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan memiliki kepribadian secara sosial budaya, idealisme mahasiswa tidak akan mampu ‘dibeli’ dengan berbagai kepentingan.

Perguruan Tinggi sebagai Pusat Peradaban

Sudah saatnya perguruan tinggi berpikir bagaimana dapat menjadi pusat peradaban di Indonesia karna mau bagaimanapun perguruan tinggi adalah rahim yang nantinya akan melahirkan para insan cendika atau mahasiswa. Peran perguruan tinggi negeri sebagai lembaga pendidikan tertinggi disini seharusnya menyadari bahwa mereka mempunyai peran besar untuk sebuah negara. Mengacu pada tiga aspek perguruan tinggi, lembaga pendidikan ini bisa melandasi mahasiswa untuk menjalankan ketiga fungsinya tersebut guna menjalankan kewajibannya sebagai insan cendikia terdidik. Mengutip perkataan mantan rektor UI, Prof Dr. GumilarRusliwa Sumantri beliau menganalogikan perguruan tinggi sebagai “pohon ilmu pengetahuan”. Ibarat pohon, akar pohon adalah rektor itu sendiri; yang menjadi daun itu staf pengajar; lalu, ada cabang-cabang / ranting, daun, dan akar lainnya sebagai staff tata usaha, misalnya: ”Air (mahasiswa) itu hanya diolah dalam pohon / tanaman untuk menjadi sumber energi dan akhirnya dikeluarkan lagi oleh pohon dalam bentuk yang baru”. Jadi, sebenarnya daun dan akar (staff UI) itulah yang perlu memahami benar apa saja yang telah dialirkan dan diputuskan oleh akar itu, zat protein dan karbohidrat yang sesuai atau tidak, bisa dijadikan sumber energi atau tidak bagi pohon. Mahasiswa di sini punya peran yang lebih penting yaitu kesinambungan ilmu pengetahuan.Begitu air (mahasiswa) turun, ia membawa pengalamannya selama di pohon itu ke tempat lain. Dia bawa ke tempat lain untuk memberikan manfaat berupa sumber energi bagi makhluk lain. Ilmu itu memang direkam di kertas atau media lain, tapi tetaplah manusia, yaitu mahasiswa itu yang akan mengembangkan ilmu itu dan menjadi lebih bermanfaat untuk masyarakat.

 

Potensi Indonesia

Sebuah negara yang dijuluki dengan nama negara maritim ini mempunyai sejuta potensi yang seharusnya kita perhatikan agar kita lebih mudah memahami bagaimana mahasiswa turut serta berpartisipasi dalam mewujudkan kemandirian bangsa. Indonesia merupakan bangsa yang besar. Kebesaran bangsa Indonesia tidak hanya dilihat dari jumlah penduduknya yang mencapai 250 juta jiwa – yang membuat Indonesia menempati peringkat jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia – tetapi juga kemajemukan budayanya. Kemajemukan budaya tersebut diperlihatkan antara lain dengan terdapatnya 495 suku / etnis dan567 bahasa lokal / dialek yang tersebar di Indonesia (bps.go.id). Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, menurut buku World in Figure 2003 yang diterbitkan oleh The Economist, USA (dalam Naftali, 2008) prestasi kekayaan alam Indonesia antara lain; Penghasil biji-bijian terbesar nomor 6, Penghasil teh terbesar nomor 6, Penghasil kopi nomor 4, Penghasil cokelat nomor 3, Penghasil minyak sawit (CPO) nomor 2, Penghasil lada putih nomor 1 dan lada hitam nomor 2, Penghasil puli dari buah pala nomor 1, Penghasil karet alam nomor 2 dan karet sintetik nomor 4, Penghasil kayu lapis nomor 1, Penghasil ikan nomor 6, Penghasil timah nomor 2, Penghasil batu bara nomor 9, Penghasil tembaga nomor 3, Penghasil minyak bumi nomor 11, Penghasil gas alam nomor 6 dan LNG nomor 1, Penghasil emas nomor 8 dan bahan tambang lainnya. Indonesia kini memiliki potensi untuk menjadi negara yang maju, khususnya pada potensi alam yang sejatinya tidak dimiliki oleh negara lain. Sehingga straregi pembangunan pun harus berbasis potensi atau keunggulan sumber daya alam ini. Terutama sumber daya berupa tropical terrestrial dan marine resources yang merupakan wujud khas Indonesia sebagai negara kepulauan di khatulistiwa. Tidak perlu dipungkiri lagi bahwa potensi yang Indonesia miliki mampu membuat Indonesia Mandiri di era globalisasi ini.

 

Peran Mahasiswa dan Lembaga Kemahasiswaan dalam Era Globalisasi

Dalam sebuah buku “kolaborasi mahasiswa dan perguruan tinggi dalam mengahadapi era global” menyatakan bahwa mahasiswa adalah generasi muda yang cerdas yang telah terpilih melalui suatu proses penyaringan yang ketat. Mereka adalah iron stock bangsa dan negara dimasa depan sebagaimana jargon mereka yang terkenal: Student now leader tomorrow. Mendidik pemuda-pemuda brillian dan berbakat itu merupakan sebuah kehormatan bagi perguruan tinggi. Karena pendidikan bukan sekedar pengasahan ketajaman intelektualitas, tetapi juga merupakan sebuah proses pembinaan kepribadian, pendewasaan, proses pematangan emosi dan sikap, maka diperlukan sebuah proses pendidikan yang intergatif. Pada tingkat selanjutnya mendorong mahasiswa melalui pembinaan profesionalisme perlu ditanamkan, tujuannya agar mereka dapat menghasilkan karya-karya yang unggul ditingkat nasional maupun internasional. Jiwa enterpreneurship mahasiswa juga perlu didorong, bukan hanya melalui kuliah-kuliah kewirausahaan, tetapi melalui pengalaman belajar praktis, misalnya dengan mendorong koperasi mahasiswa untuk tumbuh dan berkembang. Semangat yang dibangun dan ditanamkan kepada mahasiswa bisa menjadi gaya hidup dalam melakukan segala kegiatan yang kemudian akan menjadi semangat moralitas, inovasi, kreatifitas, berpartisipasi aktif, apresiasi dan kolaborasi. Saatnya mahasiswa tidak terkungkung pada budaya represif dan prasangka yang menjadi satu pola pandang akibat terlalu lama rezim berkuasa di negeri ini.

Lembaga kemahasiswaan yang mana menjadi wadah dan motor pergerakan mahasiswa untuk menjalankan aksinya juga memiliki tanggung jawab untuk membangun mahasiswa yang berintegritas, bermoral dan mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat saat ini. Salah satu permasalahan yang ada di masyarakat adalah cara pandang yang salah terhadap hidup itu sendiri. Masyarakat yang kian terjepit oleh kemerosotan ekonomi maupun budaya membuat mereka tidak bisa berpikir logis dan rasional. Peran mahasiswa melalui lembaga kemahasiswaannya diharapkan mampu mengubah paradigma yang ada di masyarakat supaya lebih positif, kolaboratif, adaptif dan inovatif. Semua hal ini tentu harus dimulai dari para mahasiswa itu sendiri sebagai seorang yang mampu membuat perubahan besar dengan semangat yang berlandaskan tri darma perguruan tinggi. Mahasiswa sangat diharapkan memiliki kemampuan untuk berubah dan menyesuaikan aktifitasnya agar lebih produktif dan solutif terhadap permasalahan masyarakat serta memberikan opini positif kepada masyarakat dan menjadiinspirasi bagi masyarakat luas. Selain itu mahasiswa juga diharapkan untuk bergerak bersama masyarakat untuk menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan krisis ekonomi dengan membuat usaha bersama, membuka lapangan kerja, dengan bantuan modal dan kompetensi yang dimiliki tentunya mahasiswa bisa berpikir “berapa banyak lapangan kerja yang akan saya buat setelah saya lulus”.

Sumber: http://edukasi.kompasiana.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: