Pada masa Nabi jumlah umat Islam tidak banyak secara kuantitas namun mereka (umat Islam) pada waktu itu amat berkualitas. Pencapaian (achieved performance) sebagai "khairu ummah" (the best people) dimasa Nabi dikarenakan umat Islam benar-benar memeluk Islam secara kaffah. Al Quran yang merupakan wahyu Allah menjadi petunjuk umat Islam dalam beraktivitas, contoh dan hadist Nabi membimbing umat dalam menjalankan kehidupan. Apabila terjadi persoalan maka penyelesaiannya selalu merujuk pada al Quran dan Hadist Nabi. Allah sendiri berjanji akan menolong umat Islam dan menegakkan kedudukan atau kejayaannya jika menolong agama Allah dengan menyebarkan berdakwah menegakkan kalimat tauhid. "Intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum"
Para sahabat sungguh-sungguh "samina wa atona". Mereka tidak banyak macam. Jika terjadi persoalan mereka kembali pada apa yang diajarkan dalam al Quran. Sekiranya mereka belum merasa paham maka mereka segera bertanya kepada Nabi. Apabila Nabi telah memutuskan tentang hal dan perkara yang diajukan sertamerta mereka pun taat mematuhinya. Demikianlah kondisi umat Islam di masa Nabi, tidak neko-neko dan tidak membuat sesuatu yang mudah menjadi sulit. Demikian tertib dan patuhnya mereka sehingga kejayaan Islam mudah diraih. Apakah umat Islam (khususnya di Indonesia) yang secara kuantitas demikian banyak itu telah benar-benar mencontoh perilaku para sahabat itu? Anda bisa lihat sendiri kualitas mereka baik melalui teknologi media maupun melihat langsung dengan mata kepala sendiri.
Sesungguhnya umat Islam di Indonesia sekarang ini tidak perlu aneh-aneh dan selalu "nyinyir" dengan logika, akal pikiran semata dalam menyikapi persoalan kehidupan di dunia baik sosial, politik, ekonomi ataupun budaya. Islam telah sangat sempurna memberikan arah tentang mengapa, bagaimana dan seperti apa menjalani kehidupan di dunia ini. Untuk itulah sejatinya umat Islam dimana pun berada mesti mengikuti ajaran Islam yang telah lengkap tersebut. Dalam konteks inilah kita cermati apa yang di sabdakan Nabi Muhammad berikut ini:
"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selamanya selama berpegang teguh dengan keduanya, Kitabullah dan Sunnah" (HR. Malik).
Memang dimungkinkan seumpama ada sesuatu persoalan yang tidak diungkap secara rinci maka dibolehkan menggunakan ijtihad dengan memanfaatkan dalil "aqliyyah" yang bersandarkan logika berpikir. Tetapi penggunaan dalil ini tidak boleh melenceng substansi al Quran. Atas dasar kebebasan berpikir, prinsip liberalisme kemudian sejumlah umat Islam secara berani "nyeleneh" dari nilai Islami yang amat jelas terang benderang termaktub didalam kedua sumber itu. Biasanya mereka yang hatinya "berontak", ada penyakit didalam hatinya oleh karena terbiasa melahap buku karya manusia "bebas", berani mengungkapkan pikiran nyeleneh bertentangan nilai-nilai luhur yang dijlentrehkan secara terang benderang dibanyak ayat-ayat Allah.
(bersambung)