Menuju Swasembada Daging Sapi

Author : Waladul Khomis Ainur Rifqi | Minggu, 12 Mei 2013 12:26 WIB

ADALAH sebuah ironi bahwa sebagai negara agraris, bidang peternakan di Indonesia tak sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah. Padahal menilik potensi yang kita miliki, seharusnya Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam bidang peternakan, khususnya produksi daging sapi.

Sayangnya, sampai hari ini, Indonesia masih saja mengandalkan impor, khususnya daging sapi yang utamanya diimpor dari Negeri Kanguru, Australia. Atas kenyataan ini, tidak ada pilihan bagi pemerintah Indonesia selain harus lebih serius memperhatikan bidang peternakan, agar Indonesia bisa mencapai swasembada pada daging sapi.

Sebagai bukti ironi itu, belakangan ini masyarakat dihadapkan pada masalah kenaikan harga daging sapi. Dari harga di pasar lokal berkisar antara Rp 60.000-Rp 75.000 menjadi Rp.90.000-Rp.100.000.  Berdasarkan data Bank Dunia (2012) harga daging sapi di Indonesia adalah yang tertinggi, yakni mencapai US$9,76 dibandingkan Malaysia (US$4,3), Thailand (US$4,2), Australia (US$4,2), Jepang (US$3,9), Jerman (US$4,3) atau India (US$7,4).

Akibatnya, kenaikan harga daging sapi yang drastis ini telah menyulitkan kehidupan masyarakat yang notabanenya kehidupan mereka di bawah standar atau menengah ke bawah. Inilah tantangan pemerintah, untuk merancang atau menstabilkan harga daging kembali. Pada dasarnya dalam waktu dekat ini indonesia ingin mencapai swasembada daging pada tahun 2014.

 

Kegelisahan Rakyat

            Situasi ini, sekali lagi, telah menjadikan rakyat gelisah. Sejak kenaikan harga daging sapi, di pasar mulai sepi, pedagang pada mogok karena konsumen yang beli daging sapi semakin menurun drastis.  Bahkan di beberapa daerah pedagang sempat mogok berhari-hari, karena harga daging sapi semakin hari semakin  tinggi, dan daging sapi juga sulit di dapatkan di jagal maupun di pasaran terkait impor daging sapi yang di batasi atau mungkin ada beberapa oknum yang mempermainkan di balik peristiwa itu.

Tak bisa dipungkiri bahwa populasi rakyat indonesia yang mengkonsumsi daging sapi semakin hari semakin banyak. Di satu sisi, pasokan daging sapi lokal kurang terjamin kualitas dagingnya di sebabkan oleh beberapa oknum yang ingin memanfaatkan impor daging sapi. Padahal, jika daging sapi lokal itu di konsumsi oleh masyarakat kualitasnya pun tak kalah dengan kualitas daging sapi impor pada umumnya.

Mahasiswa peternakan merupakan generasi penerus bangsa, yang telah dibekali ilmu tentang bagaimana budidaya peternakan secara intensif. Di sini, mahasiswa peternakan mempunyai andil dalam mengawasi swasembada daging yang telah di targetkan oleh pemerintah pada tahun 2014. Sebagai mahasiswa, peran itu memang sangat bagus jika pemerintah menyarankan mahasiswa untuk ikut andil dalam swasembada daging.

            Tanpa disadari, potensi mahasiswa dalam mengawasi swasembada daging itu perlu dilaksanakan, karena itu bagian dari kehidupan mereka. Jika di antara mahasiswa dan pemerintah membicarakan tentang kebijakan swasembada daging itu sangat bagus. Karena kebijakan untuk kesejahteraan rakyat itu penting, untuk proses lebih detail mengenai swasembada daging, mahasiswa harus ada komunikasi dengan pemerintah.

            Peran mahasiswa untuk mengawasi swasembada daging adalah untuk melakukan perubahan sosial yang ada di indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa ingin masyarakat yang kurang mampu bisa mendapatkan swasembada daging dari pemerintah. Agar indonesia bisa mensejahterakan rakyat dengan adanya program seperti itu.

 

Pro dan Kontra Terkait Swasembada Daging

            Rencana pemerintah terkait swasembada daging masih banyak pro dan kontra, pemerintah ingin segera indonesia bisa melakukan swasembada daging. Tapi banyak kendala yang dialami oleh bangsa ini, beberapa bulan yang lalu ada kasus terkait impor daging sapi yang membuat gemuruh negeri ini. Betapa tidak? Rakyat yang kebingungan akan kenaikan harga daging sapi begitu cepat melambung tinggi, ternyata di balik peristiwa itu ada oknum dari partai politik yang dengan sengaja ingin menaikkan harga impor daging sapi.

            Program swasembada daging yang dirancang oleh pemerintah itu sangat bagus, akan tetapi  populasi sapi lokal yang ada di indonesia masih cukup rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa menyikapi soal pembibitan sapi yang ada di lokal. Mari kita ambil contoh sapi bali, sapi bali adalah sapi lokal Indonesia yang kualitas dagingnya tidak kalah dengan sapi limousin yang ada di australia. Karena sapi bali yang lebih dominan adalah daging ketimbang tulang, Mari kita budayakan pembibitan sapi lokal.

            Pembibitan sapi lokal, merupakan langkah yang paling bijak untuk swasembada daging, pemerintah harus bangga dengan sapi lokal. Karena sapi lokal yang ada sekarang adalah sapi yang notabanenya sangat bagus untuk ke depannya.

            Sebagai penutup semoga Indonesia mampu melakukan swasembada daging, akan tetapi sebelum merancang program swasembada daging. Pemerintah terlebih dahulu melakukan pembibitan sapi lokal dengan seleksi secara ketat untuk meraih peranakan yang unggul. Itu pasti bisa di dapatkan dengan teliti dan keuletan untuk mencapai ke beberapa generasi bangsa sapi. Indonesia ke depannya pasti bisa melakukan swasembada daging sapi dan tidak mengandalkan daging sapi impor, karena sejatinya sapi lokal adalah sapi yang terbaik.

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: