Percayalah, Tak Ada Presiden yang Mau Menghancurkan Bangsanya

Author : Dwi Bima | Kamis, 19 Juni 2014 10:13 WIB

Pemilu untuk memilih presiden baru akan segera berlangsung 9 Juli 2014 nanti. Menjelang pemilihan umum, kampanye menjadi hal yang paling jamak. Saat ini kedua calon presiden sudah melakukan safari ke setiap sudut negeri untuk menjelaskan visi dan misinya. Sementara itu kader atau tim sukses di entah mana melakukan kampanye-kampanye gelap yang merugikan setiap calon. Maaf, saya tidak terlalu yakin jika kampanye hitam seperti melalui Tabloid Obor atau tersebarnya surat keputusan pemecatan dari kemiliteran adalah kehendak kedua calon tersebut. Saya menduga, ini muncul dari akar rumpur, dari golongan pendukung yang fundamentalis sebagai kelompok yang tidak menghargai arti demokrasi.

Sebagai anak manusia, kedua calon presiden yang mencalonkan diri sebagai presiden kali ini tidak pernah lepas dari kesalahan dari masa lalu. Tapi saya yakin semua program yang diusung mereka adalah untuk kemajuan negeri, kemakmuran bagi kita dan rasa aman untuk mendapatkan akses pekerjaan yang layak untuk golongan seperti saya. Tak ada calon presiden kali ini yang mau memperkaya diri sendiri, mensejahterakan golongannya atau mau menjadi pemimpin yang despost (otoriter). Meskipun begitu setiap calon tentu memiliki rekan jejak yang buruk di masa lalu, ya seperti sebuah pepatah tiada gading yang tidak retak.

Calon presiden urut satu, menjadi sasaran kampanye hitam melalui masa lalunya yang ditudah sebagai palanggar ham. Meskipun begitu, tuduhan pelanggaran ham sampai sekarang tidak terbukti dan calon presdien urut satu ini tidak pernah terseret ke pengadilan militer hingga sekerang. Aneh bukan? Jika beberpa petinggi militer sudah terseret ke pengadilan militer kenapa presiden nomor urut satu ini tidak pernah terseret ke pengadilan militer? Secara pribadi saya masih percaya jika pengadilan militer kita saat ini masih lebih baik ketimbang lembaga hukum lainnya seperti Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga suara undang-undang, La Voix De La Loi. Jikapun pengadilan militer kita tidak bisa menyelidiki presiden nomor urut satu ini, kenapa masyarakat internasional yang meilihat presiden nomor satu ini adalah pelanggar ham terutama dari Amerika Serikat tidak mampu menyeretnya ke pengadilan ham dunia di Den Hag? Saya merasa karena semua tuduhan yang ada tidak terbukti dan kurangnya fakta untuk membawanya ke pengadilan ham. Lagipula jika harus diminta pertanggungjawabannya untuk masalah ham 98 tentu adalah panglima tinggi militer, bukan seorang pangkostrad. Jika statment Agum Gumelar benar, jika calon presiden nomor satu telah melanggar tugas dan akhirnya di pecat, kenapa tidak diadili hingga sekarang? Sekali lagi tuduhan memang tidak mendasar, meskipun begitu gading sudah retak bagi presiden nomor satu ini.

Presiden nomor urut kedua juga tidak lepas dari masalah di masa lalu. bagaimana janji tidak meninggalkan jakarta akhirnya dilanggar. Jakarta yang harus kehilangan hampir 200 milliar untuk pilkada, akan ditinggalkannya jika terpilih nanti. Kemudian soal mobnas? Dimana program itu yang pernah menghantarkan Jokowi ke Jakarta dengan selamat? Lagipula dari kawan dekat, saya diberi tahu jika mobnas itu bukan ciptaan anak SMK namun anak SMK yang sedang magang di sebuah bengkel perakitan mobil di daerah Klanten. Jikapun kata teman saya tersebut tidak terbukti, tetap saja bagi saya mobnas hanya sensasi untuk menarik simpati, inilah politik. Alasan terakhir adalah naiknya angka kemiskinan di Jakarta saat dipimpin presiden nomer urut dua ini? Bagaimana niatnya untuk membenahi Jakarta? Presiden nomor dua ini dalam pandangan saya telah melakukan kesalahan, sekali lagi tiada gading yang tidak retak dan presiden nomor urut dua ini juga adalah manusia.

Sebagai konstituen yang baik, hendaknya kita tidak terlalu percaya dengan tuduhan yang dilakukan pada kampanye hitam. Semua calon presiden kita sama, memiliki kekurangan dan kelebihan dan semua punya visi dan misi yang ada bagi saya tak kalah dengan Obama saat melawan Mit Romney di Amerika sana. Pilihlah dengan hati nurani, kesesuaian hati dan tak ada presiden yang mau melihat melihat atau akan menghancurkan bangsanya sendiri, percayalah.

Sumber: http://politik.kompasiana.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: