Rapuhnya Sejarah di Mata Generasi Muda

Author : Benni Indo | Selasa, 11 September 2012 10:23 WIB


“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya” Bung Karno berucap. Sejatinya, bangsa ini besar karena pahlawannya dan berkembang karena generasinya. Bagaiman kita bisa mengenal pahlawan? Tentunya dari sejarah. Namun sangat tragis, kini sejarah di mata para kaum muda bukanlah menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan. Padahal upaya untuk membesarkan bangsa ini salah satunya harus dimulai dari sejarahnya.

Majapahit dan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang diakui dunia internasional. Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim karena wilayah lautnya yang begitu luas. Di sisi lain, Majapahit bersama Gadjah Mada mampu mempersatukan bangsa dari Sumatera hingga Papua dengan nama Nusantara. Kita patut bangga jika melihat masa kejayaan dua kerajaan tersebut.  Namun tidak akan ada kebanggan jika kita belum mengetahui sejarahnya.

Kaum muda yang menjadi tulang punggung bangsa ini sepatutnya memahami dan memaknai sejarah. Kita dapat berpedoman pada sejarah masa lampau untuk mewujudkan kesejahteraan negara saat ini. Banyak tragedi-tragedi yang dapat dijadikan pelajaran. Dari pelajaran itu, kita mengembangkan kreativitas antisipasi supaya tidak terjadi lagi tragedi serupa.

Bila melihat kehidupan anak muda belakangan ini, mereka cenderung telah tereksplorasi dengan modernisasi. Memang modernisasi tidak bisa dilepaskan dari perubahan zaman. Namun jati diri tetaplah sebuah kehormatan yang tidak bisa digoncangkan oleh apa dan siapapun. Tanpa disadari, tingkah laku kaum muda terpengaruh dan tidak mencerminkan anak Indonesia. Pergaulan dan seks bebas telah mencoreng wajah negeri ini. Narkoba dan terorisme menghilangkan suasana nyaman di negeri ini. 

Para pahlawan berjuang untuk kemerdekaan, namun generasi mudanya (yang bergaul bebas) seakan berharap dijajah lagi dengan memperagakan life style orang barat yang sering disebut bangsa penjajah.

Jika ditilik lebih dalam lagi, melalui pengetahuan sejarah, sebuah bangsa bisa berbenah dari kesemerawutan. Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno,  pernah berkata, kepada para pahlawan kita harus “Mendem jeru, mikul dhuwur” artinya pendam dalam-dalam, junjung tinggi-tinggi. Makna lebih luas dari kalimat tersebut, dalam mengenang pahlawan kita mesti memendam dalam-dalam segala keburukan dan kekhilafan para pejuang. Sebagai sesosok manusia, hal tersebut tentu tidak luput dari kehidupannya. Sedangkan menjunjung tinggi, bermakna menghargai setinggi mungkin segala jerih payah para pahlawan. Jika  bersungguh-sungguh memahami, akan ditemukan sebuah pelajaran berharga. Yaitu cita-cita pejuang yang ingin Indonesia bebas dari penjajahan maupun keterpurukan. Kaum muda harus selalu berupaya untuk merealisasikan cita-cita itu.  Meskipun era telah berubah, namun tujuan agar negara dapat merdeka dari segala aspek tetap dalam sebuah tujuan yang tidak tergoyahkan atas zaman. Harapan semcam itu adalah tanggung jawab kaum muda.

Agar kaum muda mengenal labih jauh perjuangan bangsa, tentunya mereka juga harus belajar sejarah. Sejarah yang bagaimana? Tentunya sejarah yang dalam kejadiannya mengandung nilai-nilai pembelajaran. Naifnya, seperti yang penulis ungkapkan di atas, saat ini sejarah tidak menjadi hal yang menarik di kalangan anak muda. Padahal, usia dini adalah saat yang tepat untuk mengenalkan sejarah. Sementara itu pada dunia pendidikan, pelajaran sejarah kalah pamor dengan ilmu eksak.  Mata pelajaran seperti Matematika, Biologi, dan Fisika menjadi pelajaran yang lebih diperhatikan oleh pelajar. Sedangkan di perguruan tinggi, sangat sedikit universitas yang membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih jurasan sejarah. Akibatnya, ilmu sejarah memudar seiring berkurangnya kontribusi instansi pendidikan terhadap ilmu sejarah. Tugas utama mahasiswa sebagai kaum muda adalah belajar sebuah kebijakkan dalam menyelesaikan masalah dari golongan tua. Tentu saja, jika ingin mempelajari hal semacam itu, kaum muda harus belajar sejarah. Satu hal yang pasti bahwa sejarah akan terulang hanya dimensi waktu dan tempatnya saja berbeda.

Hilangnya perhatian generasi muda terhadap pengetahuan sejarah adalah salah satu sebab mengapa negeri ini begitu kesulitan mentas dari keterpurukan. Sejarah mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme. Nasionalisme yang terarah akan mampu membangkitkan bangsa dari keterpurukkan. Maka, tanamkanlah makna sejarah besar dari sebuah bangsa yang besar, dan kita akan bersemangat besar untuk membesarkan Indonesia.

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: