“Bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya” Bung Karno berucap. Sejatinya,
bangsa ini besar karena pahlawannya dan berkembang karena generasinya. Bagaiman
kita bisa mengenal pahlawan? Tentunya dari sejarah. Namun sangat tragis, kini
sejarah di mata para kaum muda bukanlah menjadi hal yang menarik untuk
diperbincangkan. Padahal upaya untuk membesarkan bangsa ini salah satunya harus
dimulai dari sejarahnya.
Majapahit
dan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang diakui dunia internasional.
Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim karena wilayah lautnya yang begitu
luas. Di sisi lain, Majapahit bersama Gadjah Mada mampu mempersatukan bangsa
dari Sumatera hingga Papua dengan nama Nusantara. Kita patut bangga jika
melihat masa kejayaan dua kerajaan tersebut. Namun tidak akan ada kebanggan jika kita belum
mengetahui sejarahnya.
Kaum muda
yang menjadi tulang punggung bangsa ini sepatutnya memahami dan memaknai
sejarah. Kita dapat berpedoman pada sejarah masa lampau untuk mewujudkan
kesejahteraan negara saat ini. Banyak tragedi-tragedi yang dapat dijadikan
pelajaran. Dari pelajaran itu, kita mengembangkan kreativitas antisipasi supaya
tidak terjadi lagi tragedi serupa.
Bila melihat kehidupan anak muda belakangan ini, mereka cenderung telah tereksplorasi dengan modernisasi. Memang modernisasi tidak bisa dilepaskan dari perubahan zaman. Namun jati diri tetaplah sebuah kehormatan yang tidak bisa digoncangkan oleh apa dan siapapun. Tanpa disadari, tingkah laku kaum muda terpengaruh dan tidak mencerminkan anak Indonesia. Pergaulan dan seks bebas telah mencoreng wajah negeri ini. Narkoba dan terorisme menghilangkan suasana nyaman di negeri ini.
Para pahlawan berjuang untuk kemerdekaan, namun
generasi mudanya (yang bergaul bebas) seakan berharap dijajah lagi dengan memperagakan
life style orang barat yang sering disebut bangsa penjajah.
Jika ditilik
lebih dalam lagi, melalui pengetahuan sejarah, sebuah bangsa bisa berbenah dari
kesemerawutan. Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, pernah berkata, kepada para pahlawan kita
harus “Mendem jeru, mikul dhuwur”
artinya pendam dalam-dalam, junjung tinggi-tinggi. Makna lebih luas dari
kalimat tersebut, dalam mengenang pahlawan kita mesti memendam dalam-dalam
segala keburukan dan kekhilafan para pejuang. Sebagai sesosok manusia, hal
tersebut tentu tidak luput dari kehidupannya. Sedangkan menjunjung tinggi,
bermakna menghargai setinggi mungkin segala jerih payah para pahlawan. Jika bersungguh-sungguh memahami, akan ditemukan
sebuah pelajaran berharga. Yaitu cita-cita pejuang yang ingin Indonesia bebas
dari penjajahan maupun keterpurukan. Kaum muda harus selalu berupaya untuk
merealisasikan cita-cita itu. Meskipun
era telah berubah, namun tujuan agar negara dapat merdeka dari segala aspek
tetap dalam sebuah tujuan yang tidak tergoyahkan atas zaman. Harapan semcam itu
adalah tanggung jawab kaum muda.
Agar kaum
muda mengenal labih jauh perjuangan bangsa, tentunya mereka juga harus belajar
sejarah. Sejarah yang bagaimana? Tentunya sejarah yang dalam kejadiannya
mengandung nilai-nilai pembelajaran. Naifnya, seperti yang penulis ungkapkan di
atas, saat ini sejarah tidak menjadi hal yang menarik di kalangan anak muda.
Padahal, usia dini adalah saat yang tepat untuk mengenalkan sejarah. Sementara
itu pada dunia pendidikan, pelajaran sejarah kalah pamor dengan ilmu
eksak. Mata pelajaran seperti
Matematika, Biologi, dan Fisika menjadi pelajaran yang lebih diperhatikan oleh
pelajar. Sedangkan di perguruan tinggi, sangat sedikit universitas yang membuka
kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih jurasan sejarah. Akibatnya, ilmu
sejarah memudar seiring berkurangnya kontribusi instansi pendidikan terhadap
ilmu sejarah. Tugas utama mahasiswa sebagai kaum muda adalah belajar sebuah
kebijakkan dalam menyelesaikan masalah dari golongan tua. Tentu saja, jika
ingin mempelajari hal semacam itu, kaum muda harus belajar sejarah. Satu hal
yang pasti bahwa sejarah akan terulang hanya dimensi waktu dan tempatnya saja
berbeda.
Hilangnya perhatian generasi muda terhadap pengetahuan sejarah adalah salah satu sebab mengapa negeri ini begitu kesulitan mentas dari keterpurukan. Sejarah mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme. Nasionalisme yang terarah akan mampu membangkitkan bangsa dari keterpurukkan. Maka, tanamkanlah makna sejarah besar dari sebuah bangsa yang besar, dan kita akan bersemangat besar untuk membesarkan Indonesia.