SBY vs Dunia Pertanian Kita Yang Kian Terpuruk

Author : Suyatno | Selasa, 18 Oktober 2011 19:46 WIB

Sewaktu pertama kali disumpah menjadi Presiden RI ke-6 oleh MPR tahun 2004, saya termasuk paling optimis kalau Indonesia akan kembali mencapai jaman keemasan.  Pertanian maju.  Mengapa? Karena Susilo Bambang Yudhoyono yang diangkat menjadi Presiden RI ke-6 ini adalah seorang Doktor Pertanian, lulusan IPB lagi   Tentu saja akan membawa Indonesia menjadi negeri yang makmur dengan pangan melimpah-ruah.  Padi menguning terhampar di mana-mana. 

Hingga 2-3 tahun sang presiden kita mengendalikan Indonesia, rasa optimisme saya masih begitu kuat membuncah.  Mungkin juga demikian yang dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia.  Indonesia bakal maju pertaniannya, seperti dulu, dulu sekali ketika bangsa ini subur makmur, gemah ripah loh jinawi.

Namun, hingga akhir masa jabatan, kondisi pertanian kita justru kian terpuruk.  Produksi padi menurun, palawija tak lagi ada, peternakan banyak yang kolaps, perikanan juga demikian adanya.  Presiden kita yang seorang doctor ternyata tak becus mengurus negara yang subur makmur ini sebagai lumbung padi.  Negara ini justru harus mengimpor beras dari Vietnam, Thailand, India dan Negara-negara lain.  Alih-alih mau ekspor, dimakan sendiri saja sudah harus ditolong negara lain. 

Harapan untuk memajukan sektor pertanian menjadi sirna pada periode jabatan SBY yang kedua menjadi orang nomor satu di Indonesia.  SBY justru disibukkan dengan urusan-urusan kecil yang mestinya tak perlu diurus.  Seperti jahilnya dia mengurus status keistemewaan DIY.  SBY gagal menempatkan orang-orang baik di posisi pejabat tinggi negara, termasuk menteri pembantunya.  Justru orang-orang bodoh, gila kekuasaan dari partai yang tak jelas jluntrung-nya dijadikan menteri.  Walhasil, negara yang mestinya “tongkat bambu dilempar pun jadi tanaman” menjadi negara miskin.  Apa-apa harus mendatangkan dari luar negeri.  Bayangkan, negeri subur makmur nan luas membentang dari Sabang sampai Merauke ini justru menjadi negeri yang kelaparan.  Harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari selangit.  Rakyat miskin pun menjerit.

Anehnya, presiden ini tetap saja “lamban” bekerja.  Lelet – dalam bahasa Jawa-.  Apa-apa ditangani sangat terlambat.  Setelah kondisi kian terpuruk.  SBY hanya bisa jual tampang.  SBY hanya bisa tebar pesona.  Tak seperti Bung Karno yang sangat sigap dan berani.  Tak seperti  Habiebie yang cerdas.  Tak seperti Gus Dur yang super.  Tak Seperti Ibu Mega yang berwibawa.  Tak seperti pula Pak Jusuf Kalla yang energik.  SBY mlempem. 

Dunia pertanian kita menjadi kian terpuruk.  Mestinya kita menjadi lumbung padi. Mestinya Negara kita justru gudangnya telur, susu, daging, ikan dan sumber pangan nabati lain.  Kalau pertanian maju, semuanya tentu akan ikut maju.  Sebab, Indoensia adalah negera agraris yang sumber hayatinya melimpah ruah.  Karena sang presiden yang doctor pertanian, tapi tak mampu menerapkan ilmunya itu, maka pertanian negeri ini menjadi seperti ini.  Dia memang tak bisa bertani, dia hanya bisa mencipta lagu dan bernyanyi, di tengah rakyat yang hanya makan nasi dengan bumbu terasi……

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: